Ditolong Warga Lokal, Turis Spanyol Ini Selamat dari Cuaca Ekstrem Di Siberia
Seorang musafir asal Spanyol yang melintasi berbagai penjuru dunia menggunakan sepeda, akhirnya terjebak dalam cuaca ekstrem di Siberia
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Namun kendala bahasa dan keinginan kuat Pajares untuk melanjutkan perjalanan akhirnya membuat mereka enggan mencegahnya.
Dalam perjalanan pulang, trio tersebut terus mencari keberadaan Pajares dan ternyata prediksi mereka benar, laki-laki itu akhirnya tidak kuat.
Mereka kemudian menemukan Pajares berada di sebuah tenda kecil dan tengah mencoba untuk tidur di tepi jalan, sementara suhu di luar terus membeku.
Kali ini, trio tersebut menjemput si pengembara dan membawanya ke rumah mereka di Susuman.
Tiba di kediaman mereka, Pajares kemudian diperiksa oleh Dokter setempat dan didiagnosa menderita radang dingin pada bagian tangannya.
Melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berkelana, Pajares akhirnya dikirim kembali ke Magadan menggunakan bus.
Jika tiga bersaudara itu tidak menemukannya, kemungkinan ia akan mati membeku, kata para pejabat Rusia kepada media setempat.
Kendati demikian, Pajares tetap mengatakan bahwa perjalanannya sebenarnya tidak seburuk itu.
Ia menceritakan pengalaman tidak terlupakannya saat berusaha menjelajahi tanah Siberia.
"Saya menikmati kesendirian, energi Siberia, namun saya memang tidak suka juga 'kekurangan' sinar matahari," katanya kepada media Rusia.
"Saya turun dari celah gunung, karena saya tidak ingin tidur di atas sana, terlalu dingin, tapi semuanya cukup baik, sepeda, pakaian saya, tapi saya kehilangan sarung tangan saat tidur dan dalam waktu lima menit saja tangan saya langsung membeku,".
Saat ditanya apakah ia ingin kembali menjelajahi Siberia dan menyelesaikan perjalanannya yang sempat tertunda itu, Pajares tampaknya tidak yakin.
Ia mengaku akan kembali ke rumahnya di Spanyol menggunakan cara yang lebih nyaman yakni naik pesawat.
Ya, hal itu sangat mungkin, namun sepertinya saat ini Pajares harus merayakan tahun barunya di Magadan, karena semua tiket pesawat dari kota itu menuju negaranya, telah terjual habis.