Video Dramatis Tunjukkan Seorang Laki-laki Ditembak Wajahnya Saat Unjuk Rasa Rompi Kuning
Senapan tersebut adalah senjata kontroversial yang digunakan oleh kepolisian Prancis.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Momen mengerikan terjadi saat seorang laki-laki ditembak pada bagian wajahnya selama aksi unjuk rasa Rompi Kuning berlangsung di Paris, Prancis.
Insiden tersebut pun tertangkap kamera dan terdapat sejumlah saksi yang mengatakan bahwa proyektil peluru itu ditembakkan dari senapan anti huru hara.
Senapan tersebut adalah senjata kontroversial yang digunakan oleh kepolisian Prancis.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (4/3/2019), dalam video yang tampaknya diabadikan menggunakan kamera ponsel itu, menunjukkan para pengunjuk rasa berusaha menghindari proyektil yang ditembakkan oleh polisi di dekat ikon kota Paris, Arc de Triomphe.
Baca: Macron Diam-diam Siapkan Referendum untuk Akhiri Protes Rompi Kuning
Beberapa detik kemudian, seorang laki-laki terlihat terbaring di jalanan dan para pengunjuk rasa bergegas membantunya.
Hingga saat ini belum jelas apakah cedera itu mengancam jiwanya atau tidak.
Namun para saksi mata mengatakan bahwa korban dihantam oleh apa yang disebut sebagai 'peluncur peluru pertahanan'.
Perlu diketahui, peluncur peluru pertahanan merupakan sebuah senjata yang dituding menjadi 'biang kerok' atas banyaknya korban luka selama unjuk rasa Rompi Kuning anti-pemerintah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir.
Senjata itu menembakkan proyektil karet kaliber 40mm yang secara resmi dianggap 'tidak mematikan' dan dikembangkan oleh perusahaan Prancis sebagai alternatif untuk alat lainnya yang lebih merusak, seperti peluru karet atau pentungan.
Terkait insiden penembakan tersebut, kepolisian Prancis pun mengatakan bahwa laki-laki yang terluka itu telah dibawa ke rumah sakit oleh petugas layanan darurat.
Pihak penyidik juga akan menyelidiki insiden tersebut dalam upaya untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab.
Sekitar 39.300 pengunjuk rasa Rompi Kuning melakukan aksi protes secara nasional pada akhir pekan lalu, termasuk diantaranya 4.000 yang berfokus di Paris.
Data tersebut disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Namun angka pengunjuk rasa itu ternyata turun dari jumlah sebelumnya yang mencapai 46.600 pada pekan sebelumnya.
Rompi Kuning memulai aksi unjuk rasa mereka pada November 2018, aksi tersebut dilatarbelakangi kemarahan masyarakat Prancis terkait kebijakan kenaikan pajak yang dianggap sangat kontroversial serta memburuknya standar hidup mereka.
Sejak saat itu, peristiwa tersebut seolah menjadi bola salju dan berubah pula menjadi gerakan akar rumput nasional yang menuntut diakhirinya kebijakan neoliberal Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sebanyak lebih dari 2.000 orang telah ditangkap sejak aksi unjuk rasa dimulai, puluhan pengunjuk rasa juga mengalami luka-luka selama bentrokan dengan aparat kepolisian.