Sejumlah Mahasiswa Indonesia di Wuhan Minta Segera Dievakuasi
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Wuhan, Nur Musyafak, mengatakan sudah meminta kepada pihak KBRI di Beijing agar memulangkan mereka.
Editor: Hasanudin Aco
Kendati demikian, pihak berwenang mewanti-wanti agar tidak sering-sering keluar dan bepergian ke tempat ramai.
Sementara untuk kebutuhan makanan sehari-hari masih mencukupi lantaran toko di area kampus masih buka.
"Sampai saat ini supermarket di dalam kampus masih buka, jadi logistik masih aman."
Untuk diketahui, mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Wuhan dan sekitarnya tercatat sebanyak 428 orang. Ratusan mahasiswa itu tersebar di enam kampus di sana, tapi paling banyak di Central China Normal University.
'Kami diinstruksikan jangan sering keluar'
Nur Musyafak juga bercerita, mula-mula mengetahui virus corona pada awal Januari silam lewat pemberitaan di media lokal. Tapi kala itu, kondisinya tidak terlampau parah dan hanya beberapa saja yang dilarikan ke rumah sakit.
Itu mengapa teman-teman mahasiswa Indonesia 'tidak terlalu menanggapi'. Begitu pula dari pihak KBRI tidak memberikan informasi atau peringatan apapun.
"Awal-awal (pemberitaan ada virus corona) tak ada kekahwatiran. Soalnya kita mikirnya ini virus biasa dan tidak akan bertahan lama," ujar Nur Musyafak.
"Dan waktu itu juga liburan musim dingin, jadi teman-teman sudah banyak yang pulang ke Indonesia atau traveling ke luar Wuhan, jadi tak terlalu mikirin ini," ungkapnya.
Dari pantauannya sejak seluruh transportasi di Wuhan diblokir, suasana di sana jadi sepi. Hanya ada satu atau dua orang yang berjalan di seputaran kota untuk membeli kebutuhan makanan.
"Tidak ramai lagi, karena transportasi ditutup, cuma mobil pribadi yang lewat soalnya masih ada supermarket yang buka."
"Sejauh ini juga tak ada pengetatan jam keluar, cuma kita diinstruksikan untuk jangan terlalu sering keluar."
"Kalaupun keluar kampus paling satu sampai dua jam saja, itupun pagi atau siang."