Cegah Informasi Virus Corona Meluas, China Batasi Akses Internet dan Hapus Artikel Bernada Kritik
Lebih dari 600 orang telah meninggal dunia akibat terjangkit virus baru corona yang mulai mewabah sejak akhir tahun lalu.
Editor: Hasanudin Aco
Yao mengatakan bahwa ketersediaan perlengkapan pelindung di rumah sakit tersebut lebih bagus dari yang ia bayangkan. Pemerintah telah mengirimkan perlengkapan sementara perusahaan swasta memberi donasi.
Jika ada kekurangan perlengkapan pelindung, maka tak semua staf terlindungi dengan baik.
"Ini adalah pekerjaan yang sulit, sangat sedih dan membuat patah hati, dan sering kali kami tidak punya waktu untuk memikirkan keamanan kami sendiri," katanya.
"Kami juga merawat pasien dengan hati-hati, karena banyak orang yang datang ke rumah sakit sambil ketakutan, sebagian dari mereka mengalami nervous breakdown."
Untuk mengatasi lonjakan pasien, staf di rumah sakit bekerja selama 10 jam untuk setiap shift. Yao mengatakan tidak ada satu pun yang diperbolehkan makan, minum, beristirahat atau menggunakan toilet saat mereka sedang bekerja.
"Di akhir shift, saat kami melepas peralatan pelindung, baju kami sudah basah karena keringat," katanya. "Dahi kami, hidung, leher, dan wajah kadang terluka karena masker yang ketat.
"Banyak dari kolega kami tidur di bangku setelah selesai bekerja, karena mereka terlalu lelah untuk berjalan," katanya.
Meski sulit, Yao mengatakan belum ada staf rumah sakit yang tertular virus.
Ia dan koleganya juga dibanjiri pesan-pesan berisi dukungan dari warga. Warga juga kerap mengirimi mereka kebutuhan sehari-hari dan makanan.
"Aku merasa meskipun mereka dikarantina di rumah, virus ini menyatukan hati kami semua," katanya.
Menurut Yao, respon pemerintah China "lumayan cepat", dan tidak ada negara lain yang bereaksi lebih baik dari ini.
"Di Barat, orang bicara banyak soal kebebasan dan hak asasi manusia, tapi saat ini di China, kita bicara tentang hidup dan mati," kata Yao.