Turki Dituduh Mengirim Warga Suriah Kembali ke Zona Perang Saat Konflik Meningkat
Turki dituduh memaksa pengungsi untuk masuk ke zona perang, kabar ini dibantah Ankara. Namun pengungi menyatakan mereka tidak pergi secara sukarela.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Tuduhan tersebut dibantah oleh pihak Ankara.
Human Rights Watch mengatakan, puluhan warga Suriah dan mungkin lebih banyak lagi telah dikirim kembali antara Januari dan September 2019.
Amnesty International mengatakan, pihaknya memverifikasi 20 kasus deportasi.
"Klaim para pejabat Turki, semua warga Suriah kembali ke negara mereka dengan senang hati tak memberikan tanggapan di hadapan bukti yang bertentangan," kata pihak Human Right Watch, Gerry Simpson.
"Turki menjadi tuan rumah empat kali lebih banyak warga Suriah daripada Uni Eropa," kata dia.
"Tetapi itu tidak berarti bisa mengembalikan mereka ke zona perang," tegasnya.
Baca: Sepulang dari Suriah, Wanita Simpatisan ISIS Ini Mengaku Tertipu, Perempuan Dijadikan Pabrik Anak
Tidak Pergi dengan Sukarela
Haytham Abdallah mengatakan, ia kembali dari Turki ke Suriah pada Juli 2019.
Ia menegaskan tidak pergi dari Turki dengan sukarela.
Abadallah (40) menuturkan, ia, istri dan tiga anaknya dipaksa untuk mengikuti perintah karena mereka tidak dapat bertahan hidup di Istanbul tanpa mencari nafkah.
Abdallah berbicara dengan NBC News pada Oktober 2019 lalu mengatakan, sekarang ia dan keluarga hidup segan mati tak mau di kamp Azaz, Suriah barat laut.
Ia dan keluarganya mengandalkan bantuan makanan untuk bertahan hidup.
Baca: Pengamat: Pemerintah Tak Punya Prosedur Karantina WNI Pro-ISIS Suriah
Ankara mengatakan, daerah itu memungkinkan warga Suriah untuk hidup aman di negara asal mereka.
"Ini bukan zona aman, ini adalah penjara," katanya.
Komite Penyelamatan Internasional mengatakan keprihatinannya sebab 800 ribu orang yang saat ini berada dalam zona perang akan dibiarkan dengan sedikit pilihan untuk keselamatan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)