Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bos Media Bloomberg Batal Ikut Calonkan Diri di Pilpres AS, Padahal Sudah Keluarkan Rp 7 Triliun

Mantan Wali Kota New York ini menyatakan dukungannya kepada mantan Wakil Presiden Joe Biden untuk mengalahkan Trump pada pilpres November 2020.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bos Media Bloomberg Batal Ikut Calonkan Diri di Pilpres AS, Padahal Sudah Keluarkan Rp 7 Triliun
THE FORWARD
Michael Bloomberg. 

Bloomberg tidak berdaya di negara bagian lain termasuk di negara-negara bagian besar seperti California, Texas, Virginia, Carolina Utara di mana dia telah memasang iklan-iklan mahalnya.

Dari 14 negara bagian, hasil terbaik Bloomberg adalah peringkat ketiga di 9 negara bagian.

Hasil buruk ini membuat dia hanya mendapatkan 53 delegasi, tertinggal jauh dari Biden yang saat ini memimpin dengan 566 delegasi.

Desakan mundur memang terus mengalir deras karena kekhawatiran Bloomberg akan memecah suara Biden, sesama bakal capres berideologi moderat.

Tentunya perpecahan ini akan menguntungkan Sanders yang ideologi kirinya telah menimbulkan kepanikan di kalangan elit partai yang menilainya terlalu radikal untuk mengalahkan Trump.

Sejatinya taipan media ini menolak maju pada awal musim kampanye, Maret 2019. Bloomberg mengubah pikirannya pada November 2020 setelah dia khawatir sosok Biden tidak dapat mengalahkan Sanders.

Dia memposisikan dirinya sebagai bakal capres alternatif untuk pemilih blok moderat.

Berita Rekomendasi

Pria dengan kekayaan bersih 55.5 milliar dollar AS (Rp 787 triliun) ini merupakan pengkritik keras Sanders yang menurutnya berpotensi merusak industri keuangan Amerika Serikat dengan kebijakan anti-korporatnya.

Awalnya kampanye Bloomberg diperhitungkan karena latar belakang kesuksesan bisnisnya dan juga dana kampanye tidak terbatas yang dimilikinya.

Bahkan Bloomberg sempat mendekati Biden di sejumlah jajak pendapat setelah hasil buruk mantan Wakil Barack Obama itu di Kaukus Iowa dan Primary New Hampshire.

Namun penampilan buruk di debat Demokrat merusak kansnya untuk menjadi alternatif Biden.

Bloomberg kesulitan untuk menjelaskan kebijakan Stop-and-Frisk atau cegat dan geledah ketika dia menjabat Wali Kota.

Kebijakan yang sangat tidak populer ini mengizinkan polisi untuk menghentikan, menggeledah, menginterogasi, atau menahan seseorang yang diduga melakukan tindak kriminal.

Mayoritas target adalah warga Afro-Amerika yang merupakan blok pemilih krusial yang selalu menentukan pemenang tiket capres Demokrat.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas