Antisipasi Virus Corona, Warga Amerika Ikut Konsumsi Jamu, Temulawak Banyak Dicari di Pasar
Ramuan ini dikatakan berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh, terutama di saat sedang ada perebakan wabah corona ini.
Editor: Hasanudin Aco
Dari situ lalu ia memperkenalkan minuman jamu produksinya ke teman-teman sampai akhirnya banyak menerima pesanan, mulai dari jamu kunyit asam, jamu kunyit sirih, jamu beras kencur, dan jamu temulawak.
"Karena orang di Indonesia pun temulawak belum terlalu banyak orang yang minum ya, karena kan pahit ya. Jadi kalau temulawak itu pre order nya benar-benar orangnya itu-itu juga,” jelasnya.
Setiap minggunya, Ane memproduksi sekitar 125 botol jamu kunyi asam, 125 botol jamu kunyit sirih, sekitar 50-75 botol jamu beras kencur, dan 20 botol jamu temulawak, dengan harga 5-6 USD atau setara dengan 74-89 ribu rupiah per botol dengan ukuran 120ml.
“Untuk beras kencur dan temulawak itu 6 dolar, karena bahannya lebih jelimet ya,” kata Ane.
Menurut Ane sulit untuk menemukan kencur di Amerika.
"Itu sebelum ada corona virus pun udah susah kencurnya. Jadi nyarinya itu benar-benar harus dengan tidak nama kencur, karena nggak ada nama kencur di sini kan,” jelasnya.
Dengan adanya perebakan wabah corona di Amerika, Ane pun mengakui adanya peningkatan dalam penjualan jamunya.
“Ada beberapa yang sebenarnya aku belum produksi, mereka udah nanya gitu, ‘Mbak kapan lagi?’ gitu. Jadi kalau untuk orang indonesia ya peningkatan penjualan jamu sedikit lebih naik. Kalau untuk orang-orang bulenya, mereka lebih tertarik untuk nanya dulu, terus nyobain sedikit. Lebih curious,” jelasnya.
Ia pun melayani banyak pertanyaan dari orang-orang yang baru ingin mulai minum jamu atau konsultasi mengenai minuman jamu apa yang cocok untuk mereka.
“Sebelum ada virus corona ini mereka pasti selalu akan nanya, ‘Kunyit asam gunanya untuk apa ya mbak?’, ‘Apa bedanya dengan kunyit sirih?’ Karena kan sama-sama kuning,” jelasnya.
Bagi yang baru mulai minum jamu, biasanya Ane menyarankan untuk mengonsumsi jamu kunyit asam, karena manis dan segar.
Baru setelah itu ia menganjurkan untuk mencoba jamu temulawak, yang walaupun rasanya pahit, menurutnya “paling manjur” untuk meningkatkan daya tubuh.
“Kalau misalnya bisa, nanti kunyi asam ditambah dengan temulawak. Itu bagus banget. Kalau sudah bisa lepas, sudah biasa, temulawak full itu lebih mantap lagi.”
Terkait dengan penyebaran virus corona, khususnya di negara bagian Maryland, AS, Linda Campbell, pemilik Indonesian and Asian Grocery Store yang menjual bahan makanan Indonesia dan Asia di Deerwood, Maryland ikut merasakan dampaknya.
“Dari (dampak) ekonomi ya, otomatis orang-orang belanjanya kelihatan lebih banyak dari biasanya, tapi enggak seperti yang saya lihat di Indonesia, sampai borong-borong,” ujar Linda Campbell kepada VOA baru-baru ini.
Barang-barang yang cepat laris biasanya adalah rempah-rempah yang menjadi bahan baku minuman herbal atau jamu.
“Yang frozen itu kan ada serai, terus ada lengkuas. Ada daun jeruk,” katanya.
Namun, yang paling dicari adalah temulawak. Linda mengaku tidak mendapat jumlah temulawak yang sesuai dengan pesanannya, karena memang terbatas.
“Temulawak itu dicari orang dimana-mana. Kebetulan saya juga di distributornya jadi rebutan juga, karena di tempat lain mungkin juga semacam gitu juga,” ceritanya.
Meskipun laris dan persediaan terbatas, Linda tidak terlalu membatasi jumlah temulawak yang diborong para pelanggannya yang kebanyakan orang Indonesia.
Menurutnya “pelanggan bule enggak (me)ngerti empon-empon.” Satu pak temulawak kering dengan berat sekitar 56 gram ia jual dengan harga 1.99 USD atau setara dengan 29 ribu rupiah.
"Tapi mungkin kalau sampai mereka over sampai satu orang beli 15-20 ya enggak saya kasih gitu. Paling-paling ya saya kasih limalah, supaya mereka yang lainnya juga terbagi gitu,” lanjutnya.
Karena ia tidak menjual banyak rempah-rempah, yang juga laris manis di tokonya adalah minum jahe bakar instan yang dijual seharga 5,49 USD atau setara dengan 82 ribu rupiah per kotak dengan isi 10 paket.
“Kalau khawatir ya logis-lah, setiap orang khawatir. Tetapi enggak terlalu sampai kayak gimana gitu ya, karena mereka yakin bahwa mereka juga sehat-sehat dan mereka yakin dengan minuman (empon-empon), mereka bisa menjaga tubuh masing-masing gitu,” ujarnya.
Hingga artikel ini diterbitkan, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan terdapat lebih dari 168 ribu orang terjangkit virus corona di seluruh dunia dan lebih dari 6.600 orang meninggal dunia.
Di Amerika Serikat terdapat lebih dari 1.600 kasus orang yang terjangkit dan 41 meninggal dunia. Sementara itu di Indonesia sudah terdapat 134 kasus orang yang terjangkit dan 4 orang meninggal dunia.
Data menunjukkan terdapat lebih dari 2,900 orang terjangkit virus corona di Korea Selatan dan 17 meninggal dunia.
Penyebaran virus corona yang sangat cepat sejak beberapa minggu khususnya terjadi di kota dengan jumlah populasi terbesar nomor 4 di Korea Selatan, yaitu Daegu yang berjarak sekitar 237 km dari Seoul, ibu kota Korea Selatan. [di]