Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peraih Nobel Jepang Lebih Menekankan Pemahaman Terhadap Corona dari pada Deklarasi Darurat Kesehatan

Peraih Nobel Jepang Shinya Yamanaka lebih menekankan memberikan pemahaman daripada mengeluarkan deklarasi darurat kesehatan terkait virus corona.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Peraih Nobel Jepang Lebih Menekankan Pemahaman Terhadap Corona dari pada Deklarasi Darurat Kesehatan
Foto NTV/Richard Susilo
Peraih Nobel Shinya Yamanaka (57) sedang mempraktikkan squat 20 kali atau 20 detik bagaimana cara mencuci tangan yang baik. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang diduga akan mengeluarkan Deklarasi Darurat Kesehatan antisipasi Covid-19.

Namun peraih Nobel Jepang Shinya Yamanaka (57) lebih menekankan memberikan pemahaman sebagai hal penting.

"Kalau pun dideklarasikan keadaan darurat tetapi warga tidak paham apa sebenarnya yang terjadi mengenai Covid-19 dan bagaimana mengatasinya, rasanya kurang tepat. Jadi perlu pemahaman dulu yang baik mengenai Covid-19 ini kepada masyarakat dan tindakan segera mengatasinya," kata Shinya Yamanaka, Kamis (2/4/2020) saat diwawancarai NTV.

Shinya Yamanaka kelahiran Osaka, 4 September 1962 adalah seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012 bersama John Gurdon.

Shinya Yamanaka kelahiran Osaka, 4 September 1962 adalah seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012.
Shinya Yamanaka kelahiran Osaka, 4 September 1962 adalah seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Tidak sedikit yang mengkritik komentarnya karena dia bukan ahli penyakit menular.

"Saya tahu bukan ahli penyakit menular tetapi saya tak bisa diam saja melihat semakin banyak yang terinfeksi bahkan juga anak-anak muda. Jadi saya memaksakan diri harus bangkit untuk memberikan pemahaman kepada mereka bahayanya Covid-19 ini," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Profesor Universitas Kyoto tersebut juga mempraktikkan cuci tangan sedikitnya 20 detik atau sama dengan melakukan squat 20 kali sampai bersih.

Baca: Kapolri Larang Anggota dan PNS Polri Mudik Lebaran 

Baca: Dua WNA Asal Jepang Dikeluarkan dari RSUD Haulussy Ambon, Setelah Terbukti Negatif Covid-19

"Kalau cuma kena air saja selesai tak akan ada artinya. Jadi harus benar-benar sedikitnya 20 detik dalam mencuci tangan kita setiap saat," kata dia.

Yamanaka juga mengharapkan pemerintah segera melakukan tes PCR besar-besaran kepada sebanyak mungkin orang agar cepat terdeteksi yang benar-benar terinfeksi Covid-19.

"Lakukan tes PCR itu secepat mungkin dan kepada sebanyak mungkin orang sehingga antisipasi dapat dilakukan dengan cepat pula," ujar dia.

Yamanaka menuliskan semua catatan terbarunya, selalu update situsnya setiap hari sebagai catatan Covid-19 yang disebutkannya pribadi, tidak terkait tim peneliti Universitas Kyoto.

Baca: FAKTA Bupati Morowali Utara Meninggal, Dimakamkan dengan Protokol Corona, Hasil Rapid Test Negatif

Baca: Cerita Roro Fitria setelah Bebas Bersyarat, Susah Beradaptasi di Awal Masuk Penjara

"Ini saya lakukan pribadi dan harus di-update setiap saat agar menciptakan kabar terbaru bagi masyarakat. Karena bisa saja yang sekarang salah nantinya di masa depan bisa jadi benar. Itulah sebabnya perlu dilakukan update info setiap saat," kata dia.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas