Pandemi Corona Ancam Perjanjian Perdagangan AS-China
Presiden AS, Donald Trump mengritik China karena gagal mempertahankan kesepakatan dagang dengan AS.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Keputusan perdagangan AS-China ini mengguncang pasar saham.
Pernyataan bersama kedua negara yang dirilis pada Jumat lalu itu tampaknya ditujukan untuk meyakinkan investor, bahwa perekonomian terbesar dunia memulai perang perdagangan.
Namun ketidakpastian yang mendalam seputar hubungan AS-China tetap ada.
Trump dan banyak penasihatnya terus melihat perjanjian perdagangan yang ditandatangani dengan China tahun lalu sebagai pencapaian.
Tetapi mereka khawatir dan marah dengan data baru-baru ini yang menunjukkan bahwa China tertinggal karena janjinya untuk membeli USD 200 miliar tambahan ekspor Amerika pada 2021 mendatang.
Tim kampanye Trump dan anggota parlemen Partai Republik melihat sikap keras kepada China sebagai cara meningkatkan elektabilitas menjelang pemilihan November mendatang.
Sebab dia pertiga orang Amerika saat ini memandang China dengan tidak baik, menurut jajak pendapat dari Pew Research Center.
Dan tingkat ketidak-sukaan ini meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Selama masa jabatannya, Trump terus berganti-ganti memuji dan mengecam China.
Tapi optimismenya tentang kesepakatan dagang tampaknya perlahan-lahan menguap dalam beberapa minggu terakhir.
Pada awal April, Trump mengatakan bahwa ia percaya pemimpin China, Xi Jinping, akan menghormati kesepakatan yang dibuatnya dengan Amerika Serikat.
"Karena saya tahu Presiden Xi, yang saya sukai dan hormati," kata Trump.
Perjanjian Fase 1 menjaga tarif 25 persen tetap berlaku pada berbagai impor dari China.
Ini menuntut China untuk memperkuat perlindungan kekayaan intelektual dan membuka pasarnya bagi perusahaan jasa keuangan asing.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.