Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas Akhiri Perjanjian Keamanan dengan Israel dan AS
Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas, telah mendeklarasikan diakhirinya kerja sama keamanan dengan Israel dan Amerika Serikat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas, telah mendeklarasikan diakhirinya kerja sama keamanan dengan Israel dan Amerika Serikat.
Hal tersebut disampaikan Abbas mengingat soal ancaman pencaplokan Israel atas bagian-bagian Tepi Barat.
"Palestine Liberation Organization (PLO) dan Palestina dibebaskan hari ini dari semua perjanjian dan pemahaman dengan pemerintah Amerika dan Israel," terang Abbas dalam pidatonya yang dikutip dari Wafa.
Sebelumnya, PLO memilih untuk mengakhiri kerja sama dengan Israel dan AS pada 2018 dan menyerahkannya kepada Abbas ketika akan menerapkan langkah semacam itu.
Dikutip Tribunnews dari Guardian, Presiden Otoritas Palestina (PA) telah mengancam akan menghentikan kerja sama seperti itu beberapa kali sebelumnya.
Baca: Penerbangan Pertama Uni Emirat Arab ke Israel, Bawa Bantuan Medis untuk Palestina
Baca: Di Tengah Pandemi, Warga Palestina di Tepi Barat Lempari Tentara Israel dengan Batu hingga Tewas
Tapi tidak jelas apa arti deklarasi dalam praktiknya, terutama dalam hal masa depan aparat keamanan Palestina.
"Untuk menunjukkan ini tidak sama dengan ancaman yang sebelumnya mereka keluarkan, mereka tidak pernah bertindak," kata Presiden dari Proyek AS / Timur Tengah Daniel Levy.
“Kami benar-benar harus melihat aksi Palestina.” katanya.
Secara terpisah, beberapa laporan dari Israel menunjukkan bahwa pejabat keamanan Palestina telah diperintahkan untuk berhenti berbicara dengan rekan-rekan Israel mereka.
Namun para pejabat Palestina harus berkoordinasi dengan para perwira Israel bahkan untuk bergerak di antara wilayah-wilayah di Tepi Barat.
Deklarasi Abbas mengikuti pembentukan pemerintah Israel baru yang secara resmi merenungkan aneksasi beberapa wilayah Tepi Barat, tampaknya dengan dukungan administrasi Trump.
Terkait hal ini Zaha Hassan, seorang pengacara hak asasi manusia dan rekan tamu di Carnegie Endowment for International Peace angkat bicara.
"Saya pikir momen ini secara kualitatif berbeda dari momen lain di masa lalu, dan itu karena Israel memang terlihat siap untuk melampirkan beberapa bagian dari Tepi Barat," katanya.
Mendesak Aneksasi