AS dan Proksinya Terang-terangan Menjarah Emas Hitam Suriah
Presiden AS Donald Trump pernah menyatakan akan menarik pasukan AS dari Suriah, meninggalkan sebagian tentaranya untuk menjaga minyak.
Editor: Setya Krisna Sumarga
SDF merupakan elemen bersenjata berintikan etnis Kurdi yang memerangi kelompok teroris ISIS, serta milisi bersenjata proksi Turki di daerah-daerah di bawah kendalinya.
Pada saat yang sama, kelompok tersebut dan pasukan AS yang jadi sekutu utamanya, berulang kali menghadapi warga sipil Suriah yang memprotes pendudukan dan dugaan persekusi terhadap mereka.
Suriah Sebelumnya Swasembada Minyak
Sebagian besar sumber dan cadangan emas hitam Suriah terkonsentrasi di Provinsi Hasakah dan Deir ez-Zor.
Sebelum pecah perang saudara 2011, Suriah menggunakan minyaknya terbatas untuk memenuhi swasembada energi, dan menghasilkan sekitar 20 persen pendapatan negara.
Damaskus memperkirakan akan membutuhkan dana antara $ 200 miliar dan $ 400 miliar untuk membangun kembali negaranya sesudah perang.
Namun, upaya rekonstruksi telah terhalang oleh berlanjutnya kehadiran pasukan AS, sekutu Kurdi mereka, dan milisi yang didukung Turki di wilayah tersebut, dan pencurian sumber daya Suriah.
Pada Agustus 2020, Damaskus mengecam sebuah perusahaan energi AS yang menandatangani kesepakatan minyak dengan SDF, menyebutnya sebagai tindakan "agresi" terhadap kedaulatan Suriah.
Persekutuan bisnis itu bertujuan menghalangi upaya Suriah membangun kembali apa yang dihancurkan oleh terorisme yang didukung terutama oleh pemerintah AS.
Berapa Banyak Minyak yang Dibicarakan Trump?
Pada 26 Oktober 2019, Kementerian Pertahanan Rusia lewat brifing pers di Moskow, mengungkapkan temuan penting intelijen militer Rusia di Suriah.
Perusahaan terkemuka AS bekerja sama dengan kontraktor militer swasta dan didukung pasukan khusus dan kekuatan udara AS, menghasilkan lebih dari $ 30 juta sebulan dari penyelundupan minyak Suriah di Deir ez-Zor.
Meskipun Suriah tidak pernah menjadi kekuatan energi utama Timur Tengah, bahkan $ 30 juta sebulan itu hanyalah sebagian kecil dari potensi yang tersedia.
Pada akhir 2010-an, sebelum Suriah terlibat dalam konflik sipil yang didukung asing dalam gelombang yang disebut 'Musim Semi Arab', industri minyak dan gas negara itu memperoleh pendapatan miliaran dolar, menyumbang lebih dari 20 persen negara.