AS dan Proksinya Terang-terangan Menjarah Emas Hitam Suriah
Presiden AS Donald Trump pernah menyatakan akan menarik pasukan AS dari Suriah, meninggalkan sebagian tentaranya untuk menjaga minyak.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Namun, meskipun angkatan udara Rusia melakukan sebagian besar pekerjaan berat dalam merusak pendanaan minyak teroris, ada masalah lain muncul di lapangan.
Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi dan sekutu AS mereka ternyata bergerak cepat menguasai sebagian besar timur laut negara itu, termasuk wilayah kaya minyak di timur Sungai Efrat.
Ini termasuk ladang minyak Al-Omar, dan ladang gas al-Tabia yang sangat besar, yang memiliki kapasitas produksi hingga 13 juta meter kubik gas per hari. Kedua bidang ini terletak di Provinsi Deir ez-Zor.
Pada 26 Oktober 2019, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov melaporkan modus operasi penyelundupan minyak oleh AS dari Suriah.
Penyelundupan dikelola perusahaan minyak bernama Sadcab. Pendapatan dari penyelundupan itu mengalir ke rekening bank kontraktor militer swasta dan badan intelijen AS.
Mengutip data satelit, Konashenkov mengungkapkan banyak rincian yang sebelumnya tidak diketahui terkait sejauh mana operasi penjarahan itu dikelola AS secara terstruktur.
Perusahaan AS atas perlindungan militer mengimpor peralatan produksi minyak ke Suriah, melewati sanksi sektor energi komprehensif Washington terhadap negara tersebut.
Kepentingan Minyak Rusia di Suriah
Seperti AS, Rusia juga memiliki kepentingan strategis menyangkut keterlibatannya di Suriah. Tapi mereka memiliki perbedaan sanga penting dan fundamental.
Rusia membantu dan hadir karena diminta bantuan oleh pemerintahan dan negara yang resmi diakui PBB. Sebaliknya, kehadiran AS di Suriah bersifat ilegal.
Media Rusia melaporkan Uraltekhnostroy, perusahaan jasa industri bahan bakar dan energi yang memproduksi stasiun pompa, peralatan ladang gas, unit pengolahan minyak, air dan gas, berencana masuk lagi ke Suriah.
Mereka akan melanjutkan pembangunan stasiun produksi minyak di timur laut Suriah yang pembangunannya telah dihentikan pada 2011.
Perusahaan tersebut saat ini sedang bernegosiasi dengan kementerian perminyakan dan sumber daya alam Suriah, dan juga telah menawarkan keahliannya dalam memulihkan fasilitas minyak Suriah lainnya.
Kebutuhan memulihkan sektor energi Suriah tidak hanya terbatas pada sektor swasta saja. Akhir tahun lalu, para pejabat Rusia dan Suriah membahas prospek modernisasi pembangkit listrik tenaga panas Suriah.
Kedua negara berencana bekerjasama membangun kembali sistem transportasi gas, dengan kedua negara telah menyetujui dua peta jalan kerja sama energi pada 2018 terkait dengan proyek listrik dan minyak dan gas.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)