Presiden Xi Jinping Ingin Marinir China Jadi Tulang Punggung Militer Tiongkok
Presiden China Xi Jinping memerintahkan Korps Marinir China meningkatkan ketrampilan tempur dan terus berada dalam siaga perang.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Di bawah rencana Beijing, marinir akan berada di garis depan dari setiap rencana untuk menyatukan kembali Taiwan dengan (China) daratan secara paksa.
Tetapi korps itu juga mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk membela kepentingan China di kawasan itu saat Beijing memperluas jangkauan globalnya.
Pada Juli 2017, China mulai mengirim marinir ke Djibouti beberapa bulan setelah pasukan tempur khusus secara resmi diperluas dan diatur kembali di tengah reformasi militer ala Xi Jinping.
"Melakukan operasi amfibi dalam rencana reunifikasi Taiwan hanyalah salah satu misi korps marinir," kata spesialis angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie.
Li mengatakan tanggung jawab lain ini termasuk menjaga pos terdepan China di laut China Timur dan Selatan.
“Korps Marinir perlu meningkatkan program peperangan modernnya, tidak hanya dalam hal ukuran tetapi juga dalam hal peningkatan perangkat keras dan perangkat lunak,” katanya.
Target Korps Marinir China Capai 100.000 Prajurit
Menurutnya, Korps Marinir adalah satu-satunya sayap angkatan bersenjata China yang terus berkembang selama perombakan militer besar-besaran beberapa tahun terakhir.
Sumber internal militer memperkirakan China akan menambah jumlah prajurit Korps Marinir dari sekitar 20.000 pada 2017 menjadi 100.000.
Sejauh ini, sudah ada sekira 40.000 prajurit mariner dimiliki China. Perkiraan ini disampaikan lembaga pemikir berbasis di AS, Jamestown Foundation.
China juga memperluas armada dermaga transportasi amfibi Tipe 071 dan kapal lainnya. Kapal pendarat helikopter Type 075 memulai uji coba laut pada Agustus dan kapal serbu amfibi yang lebih kuat, Type 076, sedang dalam tahap perencanaan.
Tetapi menurut Li, perangkat keras itu belum mampu mengimbangi kemampuan Marinir AS.
"Baik Type 071 dan Type 075 tidak semaju dermaga helikopter pendaratan kelas Wasp milik Korps Marinir AS, karena mereka memiliki pesawat tempur siluman F-35B Lightning, sementara China masih belum memiliki helikopter siluman yang dibawa kapal," kata Li.
Sekarang, menurut Li, Korps Marinir AS juga tengah meningkatkan kecepatan gerak di Pasifik, dan ini jadi ancaman baru bagi China.