Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bunuh Ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh, Israel Persulit Masa Depan AS di Tangan Biden-Harris  

PM Israel Benyamin Netanyahu lewat pidato 2018 menyebut nama Mohsen Fakhrisadeh sebagai ilmuwan terkemuka program nuklir Iran.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Bunuh Ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh, Israel Persulit Masa Depan AS di Tangan Biden-Harris  
Haaretz/Mark Israel Salem
Presiden AS Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 

Narasumber itu mengatakan, jika Iran memutuskan melakukan militerisasi (operasi pengayaan), Fakhrizadeh akan dikenal sebagai bapak bom nuklir.

Dalam laporan yang sama, Reuters mengutip sumber tinggi Iran mengonfirmasi Mohsen Fakhrizadeh memiliki tiga paspor dan melakukan banyak perjalanan ke luar negeri, terutama ke negara-negara Asia.

Ilmuwan ini berkomitmen untuk perkembangan teknologi Iran dan menikmati dukungan dari Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei.

Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif mengutuk pembunuhan ini oleh teroris. “Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini,” tulis Javad Zarif di akun Twitternya.

"Kepengecutan ini, dengan indikasi serius peran Israel, menunjukkan sikap putus asa dari para pelakunya,” lanjut Zarif.  

Diplomat berpendidikan Amerika, satu di antara tokoh Iran yang paling dikenal, menyerukan komunitas internasional , terutama Uni Eropa, harus mengakhiri standar ganda mereka .

Mantan pejabat tinggi kebijakan Timur Tengah Pentagon, Michael P Mulroy, mengatakan pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh kemunduran bagi program nuklir Iran.

BERITA REKOMENDASI

“Dia adalah ilmuwan nuklir paling senior mereka dan diyakini bertanggung jawab atas program nuklir rahasia Iran,” kata Mulroy dikutip NYTimes.

“Dia juga seorang perwira senior di Korps Pengawal Revolusi Islam, dan itu akan memperbesar keinginan Iran untuk membalas (pembunuhan) secara paksa,” imbuh Mulroy.

Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh menurutnya memberi implikasi luas bagi pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris.

Serangan ini dipastikan memicu reaksi tajam Iran, seperti halnya serangan udara AS pada 3 Januari 2020 yang menewaskan Jenderal Qassim Suleimani.

Pembunuhan ini dapat memperumit upaya pemerintahan AS berikutnya yang kemungkinan akan memulihkan kesepakatan nuklir Iran 2015, seperti yang telah dia janjikan.

Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, meninggalkan sejumlah Negara lain yang terlibat perjanjian ini.

Kesepakatan nuklir Iran 2015 dirancang Presiden Barack Obama. Keputusan Trump itu mengisolasi AS dari sekutu barat yang mencoba mempertahankan perjanjian tersebut.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas