Thailand Deteksi Varian Baru Covid-19 dan Tengah Berjuang Atasi Lonjakan 100 Kali Lipat Kasus Corona
Thailand tengah menghadapi dua tantangan besar melawan pandemi, melonjaknya kasus harian hingga 100 kali lipat dan temuan varian baru Covid-19
Penulis: Inza Maliana
Editor: Gigih
Namun, hal itu lantaran merebaknya wabah corona oleh para pekerja migran yang bekerja di pabrik pengolahan industri makanan laut.
"Selama dua minggu terakhir sampai triple digit ini disebabkan oleh peningkatan kasus baru diantara pekerja migran."
"Mereka bekerja di sentra industri pangan laut," ujar Dicky.
Ia menyebut, meningkatnya kasus harian virus corona ini sudah terjadi sekitar dua minggu terakhir.
Dugaan sementara, para pekerja migran yang berasal dari Myanmar ini masuk melalui jalur ilegal menuju Thailand.
Baca juga: Saat Ini, Indonesia Berada di Puncak Risiko Penularan Covid-19 dan Kematian Nakes Tertinggi se-Asia
"Memang ini ditengarai muncul akibat meningkatnya kasus di negara tetangga Thailand dan mereka menjadi sumber pekerja migran yang masuk melalui jalur ilegal."
"Karena ini perbatasan panjang jadi banyak jalan tikus yang tidak termonitor."
"Mereka juga bekerja di sektor yang terisolir dan jauh dari keramaian, kemudian ada satu kasus yang menular ke penduduk Thailand," jelas Dicky.
Kendati kasus harian melonjak hingga 100 kali lipat dan ada temuan varian baru Covid-19, Dicky menyebut pemerintah Thailand berupaya untuk menenangkan warganya.
Pemerintah Thailand menyampaikan, varian baru virus corona dari Inggris serupa dengan virus corona yang ditemukan di pekerja migran.
Untuk itu, warga Thailand diharapkan tidak panik karena kedua jenis virus itu tidak menyebabkan gejala yang lebih parah.
Baca juga: China Mundur Dari Kejuaraan di Thailand karena alasan Covid-19, Kenapa Indonesia Tetap Kirim Pemain?
"Pihak otoritas Thailand mencoba menenangkan bahwa varian virus baru B117 ini serupa dengan jenis G614 yang ditemukan dalam pekerja migran."
"Beberapa pakar kesehatan juga mengatakan, virus ini tidak menyebabkan gejala lebih parah yang berpotensi mengurangi kemanjuran vaksin."
"Jadi ada semacam upaya menenangkan masyarakat," ujar Dicky.