Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Awasi Ponsel Warganya, Bangladesh Beli Alat Mata-mata Buatan Israel

Negara berpenduduk muslim terbesar ke-4 di dunia itu secara resmi tidak mengakui Israel sebagai entitas negara.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Awasi Ponsel Warganya, Bangladesh Beli Alat Mata-mata Buatan Israel
NHK
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina 

Penyelidikan mengungkapkan bagaimana keluarga Ahmed memiliki semua alat negara yang tersedia, termasuk peringanan hukuman, mendapatkan dokumen palsu dan penangkapan lawan politik.

Al Jazeera berhasil melacak Haris dan menemukan dia telah menjalankan beberapa bisnis di Eropa berkat bantuan saudaranya yang berpangkat tinggi.

Tokoh itu tahu keberadaan Haris, dan bahkan bertemu dengannya beberapa kali meskipun faktanya penegakan hukum Bangladesh mencarinya untuk diproses hukum.

Sangat Agresif dan Mengganggu

Kontrak peralatan mata-mata itu melibatkan dokumen yang mencoba menyamarkan sifat sebenarnya dari kesepakatan tersebut dan melibatkan perusahaan cangkang.

Itu sebenarnya adalah kesepakatan antara badan intelijen militer Bangladesh, Direktorat Jenderal Pasukan Intelijen (DGFI), dan PicSix, sebuah perusahaan berbasis di Israel yang dijalankan mantan agen intelijen Israel.

Warga negara Irlandia yang berbasis di Bangkok, James Moloney, bertindak sebagai perantara. Kontrak akuisisi P6 Intercept ditandatangani satu hari setelah Aziz Ahmed, saudara laki-laki Haris, menjadi Kepala Staf Militer Bangladesh.

Berita Rekomendasi

Sistem pemantauan ponsel yang dibeli Bangladesh, yang disebut penangkap IMSI, sering digunakan oleh pihak berwenang untuk melacak aktivitas peserta selama protes dan demonstrasi di negara itu.

“Itu dari Israel, jadi kami tidak mengiklankan teknologi itu,” kata Moloney, CEO dari perusahaan yang terdaftar di Singapura bernama Sovereign Systems.

Sebelumnya, Moloney pernah mengatakan Sovereign Systems adalah bagian dari bisnis PicSix di Asia, karena banyak negara tidak akan secara terbuka melakukan bisnis dengan perusahaan Israel.

“Kami memasang intersepsi seluler atau WiFi di situs web. Kami sangat berhati-hati dengan profil publik kami,” lanjut Moloney.

“Teknologi ini sangat agresif dan mengganggu. Anda tidak ingin publik tahu Anda menggunakan peralatan itu," imbuhnya.

Menurut Sami, ahli intelijen Israel secara ilegal mencegat panggilan telepon di Hongaria untuk menunjukkan kemanjuran peralatan tersebut kepada petugas DGFI.

Eliot Bendinelli dari Privacy International menyebut P6 Intercept sebagai alat pengawasan massal, yang mampu melacak 200 hingga 300 ponsel sekaligus.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas