Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analisis: China, Rusia, dan India Pilih Negara untuk Dibantu saat Covid-19 demi Perkuat Pengaruh

China, Rusia, dan India diduga terlibat 'diplomasi vaksin' karena memilih negara tertentu yang akan diberi vaksin Covid-19 demi memperkuat pengaruh.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Analisis: China, Rusia, dan India Pilih Negara untuk Dibantu saat Covid-19 demi Perkuat Pengaruh
FATIMA SHBAIR/GETTY IMAGES EROPA/GETTY IMAGES VIA AFP
Dosis vaksin Sputnik V Coronavirus terlihat di atas meja selama konferensi pers yang mengumumkan dimulainya kampanye vaksinasi Jalur Gaza pada 22 Februari 2021 di Kota Gaza, Gaza. Pejabat dan petugas kesehatan termasuk yang pertama menerima vaksin Sputnik V buatan Rusia setelah 22.000 vaksin disumbangkan ke Jalur Gaza oleh Moskow dan UEA. 

India juga mencoba menggunakan vaksin sebagai sarana meningkatkan eksistensi dari China.

Vaksin Covid-19 telah membuka pintu bagi China, Rusia, dan India menuju negara yang belum memiliki pengaruh mereka.

Presiden Joko Widodo kembali disuntik vaksin covid-19 yang kedua, dokter kepresidenan Abdul Muthalib akui lebih tenang, Rabu (27/1/2021).
Presiden Joko Widodo kembali disuntik vaksin covid-19 yang kedua, dokter kepresidenan Abdul Muthalib akui lebih tenang, Rabu (27/1/2021). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

"Apa yang coba dilakukan Rusia dan China adalah untuk meningkatkan posisi global mereka," kata Direktur Prakiraan Global di Economist Intelligence Unit, Agathe Demarais.

"Mereka telah melakukan ini selama beberapa dekade tetapi kedua kepemimpinan menggunakan kesempatan ini untuk memajukan posisi mereka, ini adalah batu bata dalam keseluruhan rencana dasar."

Demarais yang merupakan mantan diplomat di Rusia dan Timur Tengah menambahkan bahwa ini adalah strategi jangka panjang.

Tidak masalah negara yang dipengaruhi kaya atau berkembang, yang dibutuhkan Rusia dan China adalah pengaruh mereka di sana.

Petugas medis melakukan swab test pada warga di Beijing (16/6/2020). Situasi penyebaran virus corona di ibukota Cina tersebut masuk ke dalam kategori 'sangat parah', setelah 27 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona dari cluster baru di Beijing, dan membuat otoritas setempat melakukan pelacakan serta pengujian Covid-19 besar-besaran. AFP/NOEL CELIS
Petugas medis melakukan swab test pada warga di Beijing (16/6/2020). Situasi penyebaran virus corona di ibukota Cina tersebut masuk ke dalam kategori 'sangat parah', setelah 27 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona dari cluster baru di Beijing, dan membuat otoritas setempat melakukan pelacakan serta pengujian Covid-19 besar-besaran. AFP/NOEL CELIS (AFP/NOEL CELIS)

Baca juga: Vaksin Sputnik V Rusia Tiba di Meksiko

Baca juga: Empat Mantan Intelijen Taiwan Didakwa Bekerja Kumpulkan Informasi Rahasia Untuk China

"Memperkuat kehadiran global jangka panjang akan memberi mereka pengaruh atas negara-negara berkembang, ketika Anda menerima vaksin dari Rusia dan China, mereka akan memiliki permintaan kecil yang tidak bisa ditolak," jelas Demarais.

Berita Rekomendasi

Demarais menjelaskan, Rusia dan China ingin membentuk kesan penyelamat di tengah pandemi.

Di sisi lain, kedua negara ini juga sedang berusaha memvaksinasi penduduknya sendiri sehingga ada kekhawatiran janji berlebih soal vaksin.

China dan Rusia berencana akan mendirikan pabrik dan pekerja di negara-negara yang dipilih untuk memproduksi vaksinnya.

India, yang hanya memproduksi vaksin di India, menargetkan negara-negara tetangga dan berusaha mengalahkan China, kata pakar pengembangan Dr Subir Sahir dari The School of Oriental & African Studies, University of London.

Namun rencana ini dipertanyakan, karena banyak negara meragukan kemanjuran vaksin Covivax buatan India.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas