Joe Biden Tunjuk Kamala Harris Pimpin Upaya Membendung Arus Imigrasi ke AS
Presiden AS Joe Biden menunjuk Wakil Presiden Kamala Harris untuk memimpin upaya pemerintah membendung arus imigrasi ke negera tersebut.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menunjuk Wakil Presiden Kamala Harris untuk memimpin upaya pemerintah membendung arus imigrasi ke negara tersebut.
Biden mengumumkan langkah tersebut pada pertemuan dengan tim imigrasinya pada Rabu (24/3/2021) di Gedung Putih.
"Saya tidak bisa memikirkan tidak ada orang yang lebih memenuhi syarat untuk melakukan ini," kata Biden, dilansir Tribunnews dari Al Jazeera.
"Ketika dia berbicara, dia berbicara untuk saya. Dia tidak perlu menanyakan saya," katanya.
Pemerintahan Biden dikritik atas kedatangan sejumlah besar migran dan pencari suaka di perbatasan AS dengan Meksiko dalam beberapa pekan terakhir.
Baca juga: Penembakan Massal Colorado, Presiden Joe Biden Ajak Semua Pihak untuk Setujui Larangan Bersenjata
Baca juga: Korea Utara Tembakkan Rudal Jarak Pendek, Tantangan Pertama Kim Jong Un kepada Joe Biden
Secara khusus, ada laporan jumlah anak-anak tanpa pendamping meningkat, banyak dari mereka terjebak di stasiun perbatasan.
Mereka menunggu selama berhari-hari untuk dapat ditempatkan di lokasi penampungan yang dikelola pemerintah.
Peristiwa ini telah menarik perhatian para advokat imigrasi.
Koresponden dari Al Jazeera, Manuel Rapalo melaporan dari Tijuana, Meksiko pada Rabu (24/3/2021), sekira 1.000 hingga 1.5000 orang menunggu di kamp darurat di luar perbatasan El Chaparral, dengan harapan diizinkan masuk ke AS.
"Kamp itu didirikan sekira satu bulan lalu," kata Rapalo.
Baca juga: POPULER Internasional: Kesehatan Joe Biden Dipertanyakan | Usaha Ayah-Anak Kabur dari Korea Utara
Ancaman Kekerasan dan Bencana Alam
Banyak keluarga meninggalkan rumah mereka di Amerika Tengah dan Meksiko selatan karena ancaman kekerasan dan bencana alam baru-baru ini.
Rapalo melaporkan, banyak orang yang tinggal di kamp mengatakan mereka belum menerima instruksi dari pihak berwenang Meksiko atau AS tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Kebingungan dan ada rasa putus asa yang tumbuh di antara banyak orang," tutur Rapalo.