Kisah Hidup Pangeran Philip: Perwira AL yang Korbankan Karir Demi Persunting Ratu Elizabeth II
Pangeran Philip, suami dari Ratu Elizabeth II meninggal dunia, Jumat (9/4/2021) pagi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Sering menghadapi pengadilan yang sangat tradisional, ia mereformasi istana dan mencoba memanfaatkan kekuatan televisi yang berkembang untuk memproyeksikan pengaruh kerajaan.
Dia mendorong penobatan Ratu pada tahun 1953 untuk disiarkan langsung dan di belakang layar menghapus perilaku ketinggalan zaman di istana yang dianggapnya pengap.
Dia adalah bangsawan pertama yang melakukan wawancara TV.
Namun, kemudian dalam hidup Philip dikritik karena menghambat kemampuan monarki untuk beradaptasi dengan zaman, dan para pencela sebagian menyalahkan caranya yang berlebihan atas kegagalan anak-anaknya untuk menghasilkan keluarga yang bahagia.
Pasangan ini memiliki empat anak: Charles, Prince of Wales (lahir pada tahun 1948), Putri Anne,(1950), Pangeran Andrew (1960) dan Pangeran Edward (1964), tiga di antaranya pernikahan berakhir dengan perceraian.
Kekuatan dan Tinggal bersama
Bagi Elizabeth, Philip adalah suami yang mendukung dimana menurut para pejabat adalah satu-satunya orang yang memperlakukan Ratu sebagai manusia.
Terlepas dari desas-desus tentang perselingkuhannya, pasangan itu tetap bersama dan di usia tua mereka jelas menikmati kasih sayang dan saling menghormati satu sama lain.
Mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-70 pada November 2017 lalu.
Namun Philip, putra pangeran Andrew dari Yunani yang diasingkan, keturunan dari nenek buyut Elizabeth, Ratu Victoria dan sepupu ketiga istrinya, tidak pernah cukup memenangkan hati semua orang Inggris.
Elizabeth adalah penguasa di Inggris, tetapi dalam masalah keluarga, Philip lah yang dipandang sebagai kepala keluarga.
Baca juga: 2 Bulan Lagi Ulang Tahun ke-100, Pangeran Philip, Suami Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia
Ketika Putri Anne, kemudian Pangeran Andrew dan akhirnya Pangeran Charles mengalami kegagalan dalam pernikahan, pengamat kerajaan mengacungkan jari jempol ke Philip sebagai ayah, mendominasi dan dingin, terutama dengan putra-putranya.
Ketika popularitas House of Windsor terjun setelah kematian istri pertama Charles, Putri Diana pada tahun 1997, ia dituduh membantu menghentikan monarki beradaptasi dengan Inggris baru.
Satu dekade setelah Diana tewas dalam kecelakaan mobil di Paris pada usia 36 tahun, Philip harus menderita malu mendengar Mohamed al-Fayed, mantan pemilik toko mewah Harrods London menyatakan bahwa sang pangeran telah memerintahkan pembunuhannya.