TANGIS Pilu Warga Gaza Kehilangan Keluarga dalam Serangan Udara Zionis Israel
Warga Palestina yang kehilangan hampir seluruh anggota keluarga menceritakan kisah pilunya akibat 10 hari serangan udara Israel ke Kota Gaza
Editor: hasanah samhudi
“Cedera putri saya serius, dan dia membutuhkan rujukan untuk perawatan di Mesir. Saya berharap ini akan dilakukan dengan cepat, "al-Mutrabai'i.
“Saya khawatir rumah sakit Mesir tidak cukup terspesialisasi untuk merawat (luka putri saya], tetapi Mesir adalah satu-satunya negara yang menawarkan untuk membantu kami,” katanya penuh harap.
'Kegembiraan hidupku hilang'
Farhha Ibrahim Khalil Junaid (38), sedang berada di dapur ketika dia mendengar suara rudal drone yang menghantam sepeda motor di jalan dekat rumahnya.
“Dua putra saya (Mohammed, 11, dan Salem, 17) yang bermain di atap mulai berteriak kepada saya:‘ Bu! … Kakak-kakak mati di jalan!,” katanya.
Junaid membeku beberapa saat karena terkejut, lalu lari ke jalan. Ia menemukan putranya, Musa (19), terbaring di tanah. Pecahan peluru telah menembus jantungnya, dan dia tewas di tempat.
Baca juga: WNI di Gaza Ceritakan Kebrutalan Israel, Rumah Warga dan Infrastruktur Dihujani Ratusan Roket
Putranya yang lain, Wasim (21), terluka parah di kepala dan kaki akibat pecahan peluru, dan tetap syok serta tidak dapat berbicara. Putranya yang berusia lima tahun, Ibrahim, terluka oleh pecahan peluru di perutnya.
Dia juga menemukan dua orang di atas sepeda motor yang telah tewas, dan tujuh orang lainnya terluka tergeletak di tanah - termasuk anak-anak. Satu-satunya toko di dekat rumahnya hancur.
“Ibrahim tidak bisa makan apa-apa, dia hanya bisa minum air dan perlu segera dipindahkan ke rumah sakit Mesir untuk perawatan yang lebih baik,” kata Junaid.
“Wasim masih belum tahu kalau kakaknya sudah syahid,” katanya seraya menambahkan, Wasim juga membutuhkan perawatan medis di luar Gaza.
“Wasim adalah murid yang cerdas. Sekarang dia sedang belajar IT di tahun ketiga,” kata Junaid.
“Musa, yang meninggal, sedang belajar di tahun pertamanya di universitas yang dia inginkan untuk menyelesaikan gelar sarjana akuntansi. Dia memimpikan masa depan yang lebih baik,” tambahnya.
Kematian anak-anaknya meninggalkan kesedihan mendalam. “Kegembiraan hidup saya hilang,” kata suaminya, Khamis Junaid (38).
"Saya berdoa agar tidak ada orang tua lain yang menghadapi kehilangan dan kesedihan yang saya hadapi."
Baca juga: Tak Peduli Desakan untuk Akhiri Konflik, PM Israel Justru Berjanji Lanjutkan Serangan ke Jalur Gaza