Penggemar Berduka atas Meninggalnya 2 Pelari Top China saat Lomba Maraton
Penghormatan mengalir untuk dua pelari top China yang meninggal setelah cuaca ekstrem melanda perlombaan lari jarak jauh di provinsi Gansu
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Sekitar tiga jam setelah start, bagian pegunungan dari perlombaan dilanda hujan es, hujan lebat dan angin kencang, yang menyebabkan suhu turun drastis, menurut pejabat dari kota Baiyin di dekatnya.
Banyak pelari yang terdampar dilaporkan menderita hipotermia, dan tersesat di rute karena cuaca memengaruhi jarak pandang.
Seorang pelari yang tidak disebutkan namanya, dikutip oleh The Cover, menggambarkan hujan es meluncur ke bawah seperti "peluru yang menghantam wajah".
Ada satu bagian gunung yang sangat curam, katanya, dan daratan yang terbuka membuat dia tidak bisa berlindung.
"Hujan sangat deras, dan angin bertiup sangat kencang sehingga kami hanya bisa menyipitkan mata," katanya.
Ia menambahkan bahwa bahkan jika seseorang membawa selimut termal, selimut itu akan terkoyak oleh angin kencang.
Operasi penyelamatan yang mengerahkan lebih dari 1.200 penyelamat diluncurkan, dibantu oleh drone pencitraan termal dan detektor radar, kata media pemerintah.
Tetapi upaya penyelamatan terbukti terlambat bagi beberapa orang.
Insiden tersebut telah memicu kemarahan publik di China.
Netizen di media sosial meluapkan kemarahan yang terutama ditujukan pada pemerintah Baiyin serta ketidakpuasan atas kurangnya perencanaan darurat.
Dalam konferensi pers pada hari Minggu, Walikota Baiyin Zhang Xuchen berkata:
"Sebagai penyelenggara acara, kami sangat bersalah dan menyesal."
"Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang dalam kepada keluarga para korban dan yang terluka."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)