Veteran Pencari Osama Pimpin Satgas CIA Menyelidiki “Sindrom Havana” pada Mata-mata dan Diplomat
CIA tunjuk veteran pencari Osama bin Laden memimpin satgas menyelidiki "Sindrom Havana" yang menyerang kalangan mata-mata dan diplomat AS
Editor: hasanah samhudi
Sejak kasus awal, diplomat dan petugas intelijen yang ditempatkan di seluruh dunia telah mengalami gejala serupa.
Mereka yang terkena dampak melaporkan berbagai kondisi termasuk pusing, sakit kepala, kelelahan, mual, kecemasan, kesulitan kognitif dan kehilangan memori dari berbagai tingkat keparahan.
Dalam beberapa kasus, diplomat dan petugas intelijen telah meninggalkan dinas aktif karena komplikasi dari kondisi tersebut.
Baca juga: Instansi Pemerintah di Sejumlah Negara Termasuk Indonesia Jadi Target Serangan Siber
Kasus pertama muncul di personel AS dan Kanada yang ditempatkan di Kuba pada akhir 2016.
Departemen Luar Negeri juga melaporkan kasus potensial di China pada 2018, mengevakuasi karyawan Departemen Luar Negeri dan keluarga mereka dari kota Guangzhou setelah kasus dilaporkan di sana, sebut WSJ.
Para diplomat dan personel intelijen di Rusia, Polandia, Georgia, dan Taiwan juga dilaporkan terkena dampaknya.
Minggu ini, Departemen Luar Negeri dan pemerintah Austria mengatakan mereka sedang menyelidiki kemungkinan kasus di Wina yang muncul dalam beberapa bulan terakhir.
Awalnya, para penyelidik percaya bahwa sindrom itu adalah akibat dari serangan senjata sonik atau akustik.
Baca juga: Kedubes Jerman Disebut Minta Maaf, Stafnya Dicurigai Lakukan Aksi Spionase
Namun, analisis komprehensif oleh panel ilmiah AS pada bulan Desember berteori bahwa paparan jenis energi terarah adalah penyebab yang paling mungkin.
Panel—ditugaskan oleh Departemen Luar Negeri dan diorganisir oleh National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine—mengidentifikasi “energi frekuensi radio (RF) yang terarah dan berdenyut” sebagai penyebab gejala yang paling mungkin.
Penilaian medis yang berbeda pada tahun 2018 juga menyimpulkan bahwa paparan gelombang mikro, sejenis energi frekuensi radio, adalah penyebab yang paling mungkin untuk sindrom tersebut.
Pemeriksaan oleh University of Pennsylvania terhadap otak 40 orang yang terkena sindrom ini menemukan beberapa bukti kerusakan otak.
Energi terarah telah diuji oleh banyak negara sebagai senjata, tetapi juga memiliki aplikasi potensial lainnya.
The New Yorker melaporkan pada bulan Mei bahwa teori kerja oleh para penyelidik adalah bahwa badan intelijen asing—mungkin dinas intelijen militer GRU Rusia—membidik perangkat gelombang mikro ke pejabat AS dengan tujuan mengumpulkan data dari komputer dan ponsel mereka.