Bocah 9 Tahun Dirudapaksa dan Dikremasi Paksa oleh Pemuka Agama, Protes Meledak di New Delhi
Terjadi protes dari komunitas Dalit pada Rabu (4/8/2021) di New Delhi, India atas dugaan rudapaksa dan pembunuhan seorang gadis berusia 9 tahun.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Terjadi protes dari komunitas Dalit pada Rabu (4/8/2021) di New Delhi, India atas dugaan rudapaksa dan pembunuhan seorang gadis berusia 9 tahun.
Protes pada Rabu itu memasuki hari keempat, dan dilakukan komunitas Dalit, kelompok masyarakat yang terpinggirkan di India karena kasta yang rendah.
Keluarga bocah itu menuduh seorang pemuka agama Hindu yang bekerja di krematorium serta beberapa orang merudapaksa putrinya dan mengkremasi tubuh korban tanpa izin, pada Minggu sebelumnya.
Keluarga korban bersama kelompok Dalit dan aktivis berkemah di sebuah jalan di Nangal, New Delhi untuk meminta keadilan.
Sementara itu polisi mengatakan telah menangkap empat tersangka dan penyelidikan sedang berjalan.
Baca juga: Kakek 70 Tahun Melakukan Aksi Rudapaksa Terhadap Nenek 75 Tahun di Lamongan, Pelaku Mengaku Khilaf
Baca juga: Eks Member EXO Kris Wu Ditahan Polisi, Buntut Dugaan Kasus Pelecehan Seksual hingga Rudapaksa
Kronologi Kejadian
Ibu korban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kejadian bermula saat putrinya pergi mengambil air minum dari krematorium.
"Ayahnya pergi ke pasar untuk membeli sayuran. Satu jam berlalu tetapi dia tidak kembali dan saya menjadi cemas."
"Jadi saya bergegas ke krematorium di mana imam mengatakan kepada saya: 'Putrimu sudah mati,'" katanya.
Ibu gadis ini mengaku kaget dan bertanya kepada pemuka agama itu alasan putrinya dinyatakan meninggal.
Dia juga meminta untuk membawa korban ke kantor polisi, namun pemuka agama itu justru menawarkan uang untuk menyelesaikan masalah.
Pemuka agama bernama Radhey Shyam (55) mengatakan kepada ibu korban bahwa putrinya meninggal tersengat listrik saat mengambil air di pendingin.
Ibu gadis ini melihat sang putri telah meninggal dengan kondisi memar, wajah pucat, dan pakaiannya basah.
Sementara itu, pendeta dan rekan-rekannya mengunci gerbang krematorium dan secara paksa mengkremasi tubuh gadis itu meskipun sang ibu menolak.