Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inikah Penyebab Milisi Taliban Begitu Cepat Merebut Kota-kota Besar di Afghanistan?

Sejauh ini Taliban mengeklaim telah merebut kota terbesar kedua di Afghanistan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Inikah Penyebab Milisi Taliban Begitu Cepat Merebut Kota-kota Besar di Afghanistan?
AFP
Seorang pejuang Taliban memegang granat berpeluncur roket (RPG) di Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan Jumat (13/8/2021), setelah pasukan pemerintah ditarik keluar sehari sebelumnya setelah berminggu-minggu dikepung. 

Tentara dan polisi Afghanistan punya riwayat buruk perihal kematian yang tinggi, desersi, serta korupsi - sejumlah komandan tak bermoral meminta anggaran yang diklaim untuk pasukannya, namun sebenarnya prajurit-prajurit itu tidak pernah ada - yang disebut "tentara hantu".

Dalam laporan terbarunya kepada Kongres AS, Inspektur Jenderal Khusus untuk Afghanistan (SIGAR) menyatakan "keprihatinan serius tentang efek korupsi yang merusak... dan pertanyaan keakuratan data mengenai kekuatan pasukan yang sebenarnya".

Jack Watling, dari Royal United Services Institute, mengatakan bahkan Angkatan Darat Afghanistan tidak pernah yakin berapa banyak pasukan yang sebenarnya mereka miliki.

Selain itu, dia mengatakan, ada persoalan dengan perawatan alat pertahanan dan moral.

Pasukan sering kali dikirim ke wilayah di mana mereka tidak memiliki hubungan suku atau keluarga. Inilah salah satu alasan mengapa beberapa orang kemungkinan begitu cepat meninggalkan posnya tanpa melakukan perlawanan.

Kekuatan Taliban bahkan lebih sulit untuk diukur.

Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan bahwa kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 jiwa.

Berita Rekomendasi

Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 orang.

Tetapi Dr Mike Martin, mantan perwira tentara Inggris yang menguasai bahasa Pashto dan telah menelusuri sejarah konflik di Helmand dalam bukunya An Intimate War, memperingatkan terlalu berbahaya mendefinisikan Taliban sebagai satu kelompok monolitik.

Sebaliknya, dia mengatakan "Taliban lebih mendekati sebuah koalisi longgar dari para pemegang waralaba independen - dan kemungkinan besar bersifat sementara - berafiliasi satu sama lain".

Dia mencatat bahwa pemerintah Afghanistan juga terbelah oleh berbagai kepentingan faksi-faksi di tingkat lokal.

Sejarah perubahan di Afghanistan menggambarkan betapa keluarga, suku, dan bahkan pejabat pemerintah mengalihkan dukungannya - acapkali untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri.

Akses ke persenjataan

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas