Trump: Penarikan Pasukan AS di Afghanistan 'Memalukan Terbesar' Sejarah AS, China Menertawakan Kita
Donald Trump menyebut penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai hal memalukan terbesar dalam sejarah
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Namun, kelompok Taliban mengklaim akan mendukung pemerintah baru yang inklusif dan menghormati keyakinan agama dan nilai-nilai spiritual semua warga Afghanistan.
Pada saat yang sama, mereka juga bersumpah untuk menjamin bahwa semua perempuan Afghanistan akan mendapatkan hak mereka sesuai syariah dan hukum.
Saat membahas mengenai Ghani pada hari Selasa kemarin, Trump mengaku tidak menyukainya.
"Jujur, saya tidak pernah punya kepercayaan yang besar terhadap Ghani. Saya mengatakan itu secara terbuka dan saya pikir ia benar-benar brengsek, saya tidak pernah menyukainya," tegas Trump.
Trump pun menyebut bahwa 'punya urusan' dengan Timur Tengah adalah keputusan terburuk dalam sejarah AS.
Menurutnya, situasi Afghanistan saat ini akan mempengaruhi hubungan luar negeri AS selama beberapa dekade mendatang.
"Ini adalah waktu yang mengerikan bagi negara kita, ini adalah periode waktu paling memalukan yang pernah saya lihat," kata Trump.
Trump yang telah berjanji untuk mengakhiri 'perang tanpa akhir' yang dilakukan AS di Timur Tengah itu sebelumnya merundingkan kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020 yang kemudian ia 'wariskan' kepada pemerintahan Biden.
Kesepakatan yang ditandatangani di Doha, Qatar tersebut mempertimbangkan penarikan pasukan AS secara bertahap dari Afghanistan sebagai imbalan atas komitmen Taliban untuk tidak mendukung al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di wilayah tersebut.
"Taliban 'tidak suka bernegosiasi'," jelas Trump.
Perlu diketahui, sejak 2001, pasukan AS menginvasi Afghanistan di bawah kepemimpinan mantan Presiden AS George W Bush, sebagai bagian dari 'perang melawan teror' yang dilakukan setelah terjadinya serangan teror 9/11 atau 11 September.
Invasi tersebut mengakibatkan kematian setidaknya 2.448 prajurit AS dan lebih dari 47.200 warga sipil Afghanistan, serta merugikan pembayar pajak sekitar 2,261 triliun dolar AS.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.