Migran Haiti Kabur hingga Nekat Naik Lagi ke Pesawat saat Dipulangkan ke Negaranya
Proses deportasi ribuan migran Haiti dari AS diwarnai kekacauan. Migran masuk kembali ke pesawat dan lemparkan sepatu karena tidak ingin dipulangkan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Proses deportasi ribuan migran Haiti dari AS diwarnai sejumlah kekacauan.
Pada Selasa (21/9/2021), para migran di Bandara Internasional di Port-au-Prince, Haiti masuk kembali ke dalam pesawat.
Bahkan beberapa orang melemparkan sepatunya ke arah badan pesawat.
Mulai akhir pekan lalu, AS menerbangkan migran asal Haiti dari Texas.
Langkah ini dilakukan setelah muncul laporan ada 13.000 orang berkumpul di bawah jembatan yang menghubungkan Del Rio di Texas ke Ciudad Acua di Meksiko.
Terpisah, ada laporan ribuan orang yang kebanyakan berasal dari Haiti terdampar di perbatasan antara Kolombia dan Panama.
Baca juga: Berita Foto : Melihat Upaya Imigran Haiti Menghindari Deportasi AS
Baca juga: Perdana Menteri Haiti Pecat Jaksa yang Menuduhnya Terlibat Pembunuhan Presiden Jovenel Moise
Dilansir BBC, kekacauan terjadi di Bandar Udara Internasional Toussaint Louverture karena seorang pria berusaha naik kembali ke pesawat yang ditumpanginya.
Namun usaha pria ini gagal karena awak pesawat langsung menutup pintu masuk.
Rekaman video di bandara menunjukkan orang-orang berebut barang-barang pribadi setelah tas mereka dibuang keluar dari pesawat.
Ada laporan bahwa beberapa migran tidak diberitahu bahwa mereka akan kembali ke Haiti.
Menurut pernyataan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), ada dua insiden terpisah di bandara pada Selasa lalu.
Sebuah sumber mengatakan kepada NBC News bahwa pilot di salah satu penerbangan diserang saat tiba di Haiti dan tiga petugas imigrasi AS juga terluka.
Dalam insiden terpisah di Texas, sekelompok warga Haiti dilaporkan melawan agen Patroli Perbatasan dan berusaha melarikan diri setelah tahu bahwa mereka dideportasi.
"Ketika para migran mengetahui bahwa mereka akan dikirim kembali ke Haiti, mereka mengambil bus dan mereka melarikan diri," jelas Brandon Judd, Presiden Dewan Patroli Perbatasan Nasional pada Selasa.