7 FAKTA Nur Sajat, Transgender sekaligus Pengusaha Kosmetik Malaysia yang Sempat Ditahan di Thailand
Pengusaha kosmetik Nur Sajat menjadi pusat perhatian setelah ia ditangkap di Thailand terkait kepemilikan passport yang tidak valid.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Sementara itu, cendekiawan Turki terkemuka Mustafa Akyol mendesak otoritas agama di Malaysia untuk membiarkan Sajat.
"Fakta bahwa Nur Sajat pergi umrah menunjukkan bahwa dia setia pada agamanya. Dia juga mungkin tidak mengganggu sesama Muslim di sekitarnya di tanah suci. Jadi, mengapa tidak menghormati cara dia mengidentifikasi dirinya?" kata cendekiawan yang berbasis di AS yang merupakan pendukung kuat kebebasan berbicara di dunia Muslim.
Ia juga mencontohkan bahwa di Iran, operasi ganti kelamin tidak hanya legal tetapi bahkan dianjurkan.
Mustafa mendesak Malaysia untuk tidak mengambil tindakan terhadap Sajat dan bahwa umat Islam perlu mengakomodasi orang-orang trans sebagai bagian dari umat.
4. 122 petugas dikirim untuk "memburu" Sajat setelah ia tidak muncul di pengadilan
Pada 6 Januari, Sajat didakwa berdasarkan Pasal 10(a) Undang-Undang Tindak Pidana Syariah (Selangor) 1995 karena tindakan berpakaiannya dikatakan telah menghina Islam.
Dalam kasus yang disebut-sebut pada 23 Februari, Sajat tidak hadir di pengadilan.
Sebagai tanggapan, Departemen Agama Islam Selangor (JAIS) mengerahkan sekitar 122 personel untuk menemukan dan menangkap Sajat, lapor Malay Mail.
Langkah itu dikritik oleh Justice for Sisters (JFS), mengatakan JAIS telah salah menempatkan semangat mereka untuk menangkap seseorang yang hanya mengekspresikan dirinya.
"Kami heran dengan dana dan sumber daya manusia yang dialokasikan untuk operasi pencarian dan penangkapan terhadap Sajat ini," kata lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Semua tindakan oleh JAIS ini ekstrem dan menunjukkan semangat mereka yang berlebihan dalam menangkap dan menahan Sajat dengan segala cara hanya untuk mengekspresikan dirinya dan identitas gendernya."
JFS juga menyatakan dakwaan Sajat dapat dilihat sebagai tanda pemerintah Selangor mengkriminalisasi dan tidak mengakui trans, interseks, dan non-biner.
Sementara itu, South China Morning Post (SCMP) melaporkan aktivis yang mengatakan bahwa pengerahan lebih dari 100 petugas untuk menemukan dan menangkap Sajat dapat dilihat sebagai langkah untuk mengintimidasi komunitas LGBT di Malaysia.
5. Sajat mengatakan dia ingin melepaskan keyakinannya
Menyusul serangkaian insiden dan perselisihan dengan pihak berwenang, Sajat mengatakan bahwa dia ingin meninggalkan Islam dalam siaran langsung pada awal Maret.
"Saya tidak mengatakan ini sebagai ancaman. Demi nama saya, nama ayah saya, dan nama ibu saya, saya tidak lagi ingin menjadi seorang Muslim. Saya ingin meninggalkan Islam," katanya kepada sekitar 300 orang yang menonton live streaming Instagram-nya.
"Akan lebih baik seperti ini. Saya tidak bercanda, saya serius. Merekalah yang membuat saya ingin keluar dari agama. Mereka semakin menjauhkan saya dari Islam."
"Mereka mengira bahwa hal-hal yang dilakukan dapat memberi saya pelajaran, tetapi tidak."
"Saya menjadi lebih takut, saya merasa lebih baik bagi saya untuk meninggalkan Islam. Karena saya terlahir sebagai seorang Muslim dan saya hanya mengikuti semua yang diajarkan ibu saya, saya melakukannya.. Ternyata... entahlah."
Video itu mungkin yang paling menuai kontroversi hingga saat ini.
SCMP melaporkan bahwa Sajat menerima ancaman pembunuhan setelah video tersebut dipublikasikan.
Media yang berbasis di Hong Kong itu melihat sebuah komentar yang mengatakan bahwa mereka ingin "melempari batu" kepada Sajat.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan reaksi publik terhadap video itu "mengkhawatirkan" karena telah terjadi kekerasan dan anacaman pembunuhan terhadap komunitas transgender di Malaysia setiap tahun selama dekade terakhir.
Mengomentari ketidakhadiran Sajat di pengadilan, pengacaranya Zuri Zabuddin Budiman mengatakan kliennya mungkin "takut".
6. Sajat diduga mencari status pengungsi di Australia
Meskipun diketahui secara luas bahwa Thailand ramah LGBT, penangkapan Sajat baru-baru ini oleh pihak berwenang Thailand dilaporkan karena Sajat memiliki paspor yang tidak valid.
Menurut Harian Metro, paspornya telah dicabut oleh otoritas Malaysia.
Saat ini, Sajat telah dibebaskan dengan jaminan setelah membayar RM8.343 untuk pelanggaran terkait imigrasi, yang didakwakan kepadanya di pengadilan Thailand.
Dia harus melapor ke pihak berwenang setiap 14 hari sekali.
Sumber mengatakan kepada harian Melayu bahwa Sajat "mendapatkan izin untuk pindah dan berlindung di Australia".
Dikabarkan saat ini Sajat memegang kartu Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan mengklaim bahwa dia adalah seorang pengungsi.
Sumber tersebut menambahkan bahwa motivasi sebenarnya Sajat untuk melarikan diri ke Australia adalah karena dia menerima ancaman pembunuhan setelah mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan Islam.
7. Aktivis membela Sajat dengan hashtag #LeaveSajatAlone dan #FreeSajat
Penangkapan Sajat di Thailand telah memicu gerakan #LeaveSajatAlone dan #FreeSajat.
Di Twitter, artis satir politik Fahmi Reza dan aktivis hak asasi manusia Michelle Yesudas secara terbuka menyerukan pihak berwenang untuk #LeaveSajatAlone.
Sebuah cuitan oleh Marina Mahathir mendapat lebih dari 1.700 likes tentang isu ini.
Putri mantan perdana menteri itu mengatakan dia berharap pihak berwenang Malaysia berupaya keras untuk menemukan putri Indira Gandhi atau pemodal buronan Low Taek Jho saja.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Nur Sajat