Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Hanya di Jakarta, di New York Tikus Gemuk Juga Kerap Berseliweran di Pinggir Jalan

Tak hanya Jakarta, Kota New York di Amerika Serikat (AS) juga mengalami hal serupa.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Tak Hanya di Jakarta, di New York Tikus Gemuk Juga Kerap Berseliweran di Pinggir Jalan
Tikus 

Memang New York bermasalah dengan tumpukan sampah, lanjutnya, tapi jangan langsung salahkan restoran luar ruangan. "Kami menggunakan piring keramik, serbet linen, peralatan perak. Kami tidak menumpuk sampah," katanya.

Andrew Rigie, direktur eksekutif Aliansi Perhotelan Kota New York, mengatakan jangan langsung menyalahkan tempat makan di luar ruangan dalam mengatasi masalah sampah yang sudah berlangsung lama.

Sampah warga New York sebagian besar ditinggalkan di pinggir jalan dalam kantong plastik hitam untuk dikumpulkan oleh kolektor publik atau swasta - tergantung apakah itu limbah domestik atau komersial - ini adalah sistem yang tidak lagi efektif akibat pandemi dan restoran terbuka.

Rigie setuju bahwa sistemnya perlu diperbaiki, tetapi mengatakan itu tidak boleh menghalangi makan di luar ruangan.

"Kenyataannya sekarang adalah pihak restoran dan masyarakat sama-sama menyukai konsep makan di luar ruangan. Ada permintaan untuk membuatnya permanen."

Tetapi program pemerintah kota saat ini - yang dibuat pada puncak krisis pandemi - tidak dibuat permanen. Sebaliknya, seperangkat standar dan peraturan baru sedang disusun untuk mengatasi banyak kekhawatiran warga, termasuk praktik sanitasi dan kebisingan di malam hari, dan kegiatan apa saja yang diizinkan, ujar Rigie.

"Apakah masyarakat akan mengalami perbedaan pendapat soal jenis kegiatan yang beragam di jalan? Tentu saja. Kota New York adalah tempat yang besar dengan banyak penggunaan ruang publik yang bersaing," katanya.

Berita Rekomendasi

Pemerintah Kota mengatakan prinsip-prinsip kunci program yang baru akan aksesibilitas, penampilan - termasuk kebersihan, kesetaraan - memungkinkan semua lingkungan untuk mengambil bagian, memastikan tata ruang restoran berada sesuai dalam konteks lingkungan dan keamanan mereka, termasuk akses untuk kendaraan darurat.

Departemen Transportasi, yang akan mengawasi program permanen, dan Departemen Perencanaan meluncurkan konsultasi yang menanyakan kepada warga New York bagaimana menurut mereka tujuan tersebut dapat dicapai dengan baik.

"Keberhasilan luar biasa dari makan malam di luar ruangan menunjukkan bagaimana kita dapat menata kembali pemandangan jalan untuk melayani lingkungan kita dengan lebih baik," kata komisaris departemen transportasi, Hank Gutman.

Dia akan berkonsultasi dengan publik untuk "membuat pedoman" yang akan meningkatkan aksesibilitas, keamanan dan mengatasi masalah seperti kebisingan, jam operasi dan sanitasi.

Tetapi banyak warga masih sangat skeptis. Mereka mengatakan konsultasi itu tidak akan menjangkau banyak masyarakat, terutama yang tidak aktif secara online.

Mereka berpendapat skema tersebut telah diawasi dengan buruk dan khawatir hal yang sama akan berlaku untuk yang permanen.

Bahkan jika kondisi yang lebih ketat disetujui dan ditegakkan, mereka curiga terhadap kekuatan yang bermain di balik skema tersebut.

"Ini bukan lagi tentang pemulihan," kata Diem. "Menggandakan kapasitas restoran dengan mengizinkan mereka menggunakan jalan secara gratis, sama saja menghadiahi tuan tanah berupa lahan rampasan milik publik terbesar dalam sejarah Kota New York."

Mereka dapat menaikkan harga sewa, dan akan lebih menyukai bar dan restoran daripada usaha kecil lain sebagai akibatnya dan, menurut dia, ini semakin merusak karakter banyak lingkungan.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas