Militer Myanmar Tembaki Sebuah Desa dari Udara, Sembilan Orang Termasuk Dua Anak-anak Tewas
Sembilan orang termasuk dua anak-anak tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan pemerintah militer atau junta Myanmar.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
Dia hanya mengatakan bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan itu.
Sementara itu, menurut analis, militer biasanya mengerahkan helikopter dan melakukan serangan udara ketika pasukan darat berjuang.
Seperti halnya pada bulan Mei, Tentara Kemerdekaan Kachin, sebuah kelompok pemberontak etnis di ujung utara negara itu, mengatakan, militer telah menjatuhkan sebuah helikopter tempur selama bentrokan sengit di dekat kota Momauk.
Awal bulan ini, militer menyerbu sebuah desa kecil di barat laut, Desa Done Taw di wilayah Sangiang.
Militer mengumpulkan warga sipil, mengikat tangan mereka ke belakang dan kemudian membakar mereka hidup-hidup.
Pembunuhan itu disebut sebagai pembalasan atas serangan terhadap konvoi militer, kata saksi mata seperti dikutip Associated Press.
Menurut keterangan saksi, ada sekitar 50 tentara berbaris ke Desa Done Taw sekitar pukul 11 pagi pada hari Selasa, menangkap siapa saja yang tidak berhasil melarikan diri.
"Mereka menangkap 11 warga desa yang tidak bersalah," kata saksi yang menyebut dirinya sebagai petani dan aktivis dan meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya.
Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk keras atas apa yang disebut Washington sebagai laporan yang kredibel dan memuakkan itu.
Adapun militer telah menolak laporan tersebut dan merasa tidak melakukan kesalahan.
Secara terpisah, militer juga terlibat dalam konflik bersenjata yang sedang berlangsung dengan Persatuan Nasional Karen (KNU), sebuah kelompok pemberontak yang menentang kudeta di negara bagian Karen.
Baca juga: Pembunuhan Massal oleh Militer Myanmar Terungkap, 40 Warga Sipil Disiksa sampai Meninggal
Baca juga: Junta Myanmar Tunda Vonis Aung San Suu Kyi atas Kepemilikan Walkie Talkie
Pertempuran itu telah memaksa lebih dari 3.900 pengungsi Myanmar melintasi perbatasan dengan Thailand, menurut badan pengungsi PBB UNHCR.
UNHCR telah meminta Thailand untuk memberikan izin 'akses mendesak' ke para pengungsi, Senin (20/12/2021).
Ribuan pengungsi juga diyakini terjebak di sisi perbatasan Myanmar, dan KNU memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa militer juga dapat menargetkan warga sipil tersebut dengan serangan udara.
KNU mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat dan mengidentifikasi zona larangan terbang untuk melindungi warga sipil.
Baca juga artikel lain terkait Krisis Myanmar
(Tribunnews.com/Rica Agustina)