Dokter di Malaysia Ditangkap karena Jual Sertifikat Vaksin Covid-19 Palsu, Dijual hingga Rp1,7 Juta
Seorang dokter dari sebuah klinik swasta ditangkap polisi, lantaran diketahui menjual sertifikat vaksinasi palsu.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Seorang dokter dari sebuah klinik swasta ditangkap polisi, lantaran diketahui menjual sertifikat vaksinasi palsu.
Kejadian tersebut terjadi di Marang, Terengganu, Malaysia.
Dokter berusia 51 tahun tersebut nekat menjual sertifikat vaksinasi palsu seharga hingga jutaan rupiah.
Berdasarkan laporan laman Facebook Polis Terengganu, Badan Reserse Kriminal Komersial (JSJK) Terengganu telah menggerebek klinik swasta tersebut.
Di mana per satu sertifikat dijual seharga RM400 atau sekitar Rp1,3 juta hingga RM500 atau sekitar Rp1,7 juta.
Transaksi ini diyakini dilakukan secara online, dilansir dari World Of Buzz.
Baca juga: Pemerintah Belum Puas Vaksinasi Dosis Pertama Untuk Anak di Jawa-Bali Baru Capai 36 Persen
Karena beberapa pelanggan berasal dari luar Terengganu.
Pelanggan yang membeli sertifikat vaksin palsu tersebut adalah mereka yang menolak untuk divaksin.
Mereka membeli sertifikat palsu karena memerlukan sertifikat untuk pergerakan dan perjalanan.
Kapolsek Terengganu, DCP Dato' Rohaimi Bin Md Isa, sejak itu memperingatkan siapa pun yang mengeluarkan sertifikat vaksin palsu kepada pelanggan untuk mencari untung, untuk menghentikan tindakan tidak etis ini karena PDRM akan terus memburu mereka.
Masyarakat umum juga dihimbau untuk menyalurkan informasi tentang kegiatan ini kepada pemerintah setempat.
Apoteker ditangkap karena diduga menjual kartu vaksinasi Covid-19 di eBay
Seorang apoteker berlisensi ditangkap di Chicago pada Agustus 2021 lalu karena diduga menjual lusinan kartu vaksinasi Covid-19 asli di eBay, kata Departemen Kehakiman dalam rilis berita.
Tangtang Zhao (34), diduga menjual 125 kartu vaksinasi Covid-19 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS kepada 11 pembeli yang berbeda dengan harga sekitar $10 per kartu pada bulan Maret dan April, kata departemen tersebut.