Presiden Rusia Vladimir Putin Marah Besar karena Amerika dan Sekutu Anggota NATO Kerap Berkhianat
Presiden Rusia Vladimir Putin merasa dikhianati Barat yang memperluas keanggotaan NATO ke timur. Barat melanggar perjanjian atau jaminan kepada Soviet
Editor: Domu D. Ambarita
![Presiden Rusia Vladimir Putin Marah Besar karena Amerika dan Sekutu Anggota NATO Kerap Berkhianat](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/luka-dan-duka-ukraina_20220226_125304.jpg)
Presiden Rusia Vladimir Putin merasa dikhianati Barat yang memperluas keanggotaan NATO ke timur. Barat setidaknya lima kali melanggar perjanjian lisan atau jaminan kepada Soviet:
- 31 Januari 1990, Menlu Jerman Hans-Dietrich Genscher, orang pertama memberikan jaminan tidak mengganggu Soviet. Dalam pertemuan para pemimpin NATO di Tutzing, Bavaria, Genscher mengatakan, “bahwa perubahan di Eropa Timur dan proses penyatuan Jerman tidak boleh mengarah pada ‘penurunan kepentingan keamanan Soviet’.
- 9 Februari 1990, saat membahas penyatuan Jerman, Menlu AS James Baker memberi jaminan kepada pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev: “tidak satu inci pun ke timur” ekspansi NATO.
- 10 Februari 1990, Kanselir Jerman Helmut Kohl, juga mengatakan kepada Gorbachev “secara alami NATO tidak dapat memperluas wilayahnya ke wilayah Jerman Timur saat ini”.
- 17 Mei 1990 di Moskwa, janji diulangi Sekretaris Jenderal NATO Manfred Wörner.
- Hingga 1991, jJanji tersebut terus disampaikan Barat.
Oleh Trias Kuncahyono, Wartawan Senior, mantan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas.
![Wartawan senior Trias Kuncahyono](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/wartawan-senior-trias-kuncahyono.jpg)
RUSIA telah memulai serangan militer terhadap Ukraina sejak Kamis, 24 Febrruari 2022. Serangan dilancarkan secara serentak lewat tiga matra: laut, darat, dan udara.
Moskwa mengatakan, tindakan dilakukan untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina dan melindungi Rusia.
Dan, Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tegas memperingatkan negara-negara lain yang ikut campur akan “merasakan konsekuensi yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah.”
Baca juga: Mengupas Tiga Akar Masalah Krisis Rusia vs Ukraina, Presiden Putin Tidak Mau Kejayaan Soviet Hilang
Apapun alasan Putin, yang utama adalah “menyelamatkan” Ukraina agar tidak jatuh dalam “rumah” Barat, baik secara ekonomi (Uni Eropa) maupun militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sejak NATO didirikan pada tahun 1949, untuk mengkaunter agresi Uni Soviet di Eropa, aliansi militer ini kini beranggotakan 30 negara, termasuk tiga bekas republik Soviet: Estonia, Latvia, dan Lithuania (tiga negara Baltik).
Semula, NATO hanyalah beranggotakan negara-negara Eropa Barat dan AS serta Asia-Eropa, yakni Turki. Tetapi, sejak bersatunya Jerman (Barat dan Timur), 14 negara yang semula ada di bawah pengaruh atau satelit Uni Soviet (Rusia) dan bekas republik Soviet bergabung dengan NATO.
Pada tahun 1999, Polandia, Hungaria, dan Republik Czech menjadi anggota NATO. Lalu, tujuh negara Eropa Tengah dan Timur pada tahun 2004 bergabung: Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Romania, Slovakia, dan Slovania.
Baca juga: Kemlu Rilis Data Terbaru: Ada 153 WNI yang Berada di Ukraina, Sudah Dalam Safe House
Mereka bergabung saat KTT NATO di Istanbul Turki, 2004. Lima tahun kemudian, 2009, Albania dan Kroatia menyusul. Montenegro, bergabung 2017. Yang terakhir menjadi anggota NATO adalah Makedonia, 2020.
Tahun lalu (2021), NATO secara resmi mengakui aspirasi—Bosnia dan Herzegovina, Georgia, dan Ukraina—untuk menjadi anggota.
Bergabungnya negara-negara yang sebelumnya adalah Blok Timur (Pakta Warsawa, dibubarkan tahun 1991) dan bagian Uni Soviet, segera meningkatkan ketegangan dengan Rusia.
Dengan bergabungnya negara-negara Eropa Timur, Baltik, dan bekas republik Uni Soviet, setelah 30 tahun Uni Soviet runtuh (1991), Rusia sekarang benar-benar terkepung secara keamanan.