Presiden Rusia Perintahkan Menteri Pertahanan Siagakan Senjata Nuklir, Amerika Langsung Bereaksi
Putin adalah bagian dari pola Kremlin yang lebih luas, dengan cara melakukan eskalasi tak beralasan dan menciptakan ancaman yang dibuat-buat.
Editor: Hasanudin Aco
Seperti yang tertulis dalam direktori di situs web Kementerian Pertahanan, pasukan penangkal strategis dirancang untuk mencegah agresi terhadap Rusia dan sekutunya, serta untuk mengalahkan agresor, termasuk dalam perang dengan penggunaan senjata nuklir.
Perintah itu berarti Putin memerintahkan agar senjata nuklir Rusia disiapkan agar sewaktu-waktu bisa diluncurkan.
Itu artinya meningkatkan ancaman dan ketegangan bahwa konflik dapat berubah menjadi perang nuklir.
Langkah yang bisa membawa dunia ke jurang perang nuklir itu terjadi ketika pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua di Ukraina, Khirkiv, saat pasukan Rusia merangsek pelabuhan-pelabuhan strategis di Ukraina Selatan.
Menhan Prancis Singgung Nuklir
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prancis, Florence Parly dalam siaran radio pada Jumat waktu setempat mengatakan bahwa tidak ada satupun negara Eropa, begitu pula Amerika Serikat (AS), yang menginginkan terjadinya bentrokan militer secara langsung dengan Rusia.
Hal itu karena Federasi Rusia memiliki kekuatan persenjataan nuklir.
"Kami tidak menyatakan perang terhadap Rusia. Saya tidak berpikir negara Eropa atau AS ingin berperang dengan Rusia. Tujuan kami adalah untuk mencapai gencatan senjata," kata Parly.
Dikutip dari laman TASS, Jumat (25/2/2022), ia mencatat bahwa Rusia memiliki kekuatan nuklir dan NATO juga memiliki senjata semacam itu.
"Apakah anda ingin perang nuklir? Apakah Prancis bermaksud mengirim militer untuk membela Ukraina?" tanya Parly kepada penyiar radio yang berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama.
Parly kemudian menekankan bahwa senjata nuklir sejatinya tidak boleh digunakan dalam kondisi apapun.
"Senjata nuklir adalah senjata pencegahan, yang tidak boleh digunakan," tegas Parly.
Ia kemudian menjelaskan bahwa prioritas Prancis dan NATO adalah untuk memastikan keamanan negara-negara anggota, terutama di sisi timur dan Ukraina bukan bagian dari aliansi'.
Pada saat yang sama, dirinya mengungkapkan bahwa Prancis telah membantu Ukraina 'untuk sementara waktu', tanpa memberikan rincian apapun soal bantuan dimaksud.