UPDATE Sikap NATO soal Siaga Nuklir Rusia, 136 Warga Ukraina Tewas dan 660 Ribu Orang Mengungsi
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan aliansi melihat tidak perlu mengubah tingkat siaga senjata nuklirnya, meskipun ada ancaman Rusia
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan aliansi melihat tidak perlu mengubah tingkat siaga senjata nuklirnya, meskipun ada ancaman dari Rusia.
Hal itu disampaikan Stoltenberg setelah menghadiri pertemuan tentang keamanan Eropa dengan Presiden Polandia Andrzej Duda.
"Kami akan selalu melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi dan membela sekutu kami, tetapi kami tidak berpikir ada kebutuhan sekarang untuk mengubah tingkat siaga kekuatan nuklir NATO," katanya.
Seperti diketahui, Rusia telah meningkatkan ancaman perang nuklir pada Senin (28/2/2022) kemarin.
Kekuatan nuklir darat, udara dan laut Rusia dalam siaga tinggi mengikuti perintah akhir pekan Presiden Vladimir Putin.
Baca juga: Bantu Ukraina Lawan Rusia, Australia Putuskan Kirim Rudal dan Amunisi
Baca juga: Pidato Presiden Ukraina Zelensky kepada Uni Eropa: Buktikan bahwa Kalian Bersama Kami
NATO sendiri tidak memiliki senjata nuklir, tetapi tiga anggotanya, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, memilikinya.
Lebih lanjut, berikut ini informasi terbaru invasi Rusia ke Ukraina yang dilaporkan AP News.
Sejumlah Diplomat Keluar dari Dua Pertemuan PBB
Puluhan diplomat telah keluar dari dua pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov disorot untuk pernyataan video.
Lavrov berbicara melalui video kepada Konferensi Perlucutan Senjata dan Dewan Hak Asasi Manusia, yang telah direncanakannya untuk dihadiri sebelum penutupan wilayah udara bagi pesawat Rusia oleh beberapa negara Eropa mencegah perjalanannya ke kota Swiss.
"Apa yang Anda lihat adalah dukungan kuat untuk Ukraina," kata Bonnie Jenkins, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk pengendalian senjata dan Keamanan internasional, setelah walkout dari pertemuan perlucutan senjata.
Tak lama kemudian, di ruang konferensi dua lantai lebih tinggi, sejumlah diplomat termasuk duta besar Ukraina di Jenewa dan menteri luar negeri Kanada dan Denmark, keluar dari ruang Dewan Hak Asasi Manusia.
Seorang juru bicara dewan mengatakan sekitar 100 orang meninggalkan ruangan.
Pelajar India Tewas dalam Serangan Rusia di Kharkiv