UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina: Presiden Zelenskyy Desak Putin untuk Berunding
Simak update perkembangan invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berjalan lebih dari satu minggu. Presiden Zelenskyy mendesak Putin untuk berunding.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini update terbaru perkembangan invasi Rusia ke Ukraina yang telah berjalan selama satu minggu lebih.
Pada Jumat (4/3/2022) hari ini, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk berunding.
Selain itu, Zelenskyy juga mendesak Barat untuk menawarkan bantuan militer mereka yang lebih kuat ke Ukraina.
Sementara itu, pasukan Rusia kini telah menuju ke pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang terletak di tenggara Ukraina.
Baca juga: Rusia Punya 5.977 Senjata Nuklir, Ahli Perkirakan 1.500 Diantaranya Sudah Dikerahkan
Baca juga: Mengapa Negara Muslim Chechnya Bantu Rusia? Pengamat: Ingin Serang Kekuatan Besar di Balik Ukraina
Dikutip dari Aljazeera, berikut update terbaru perkembangan invasi Rusia ke Ukraina:
Presiden Ukraina Desak Putin untuk Berunding
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menantang Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk berdiskusi.
Tak hanya itu, Zelenskyy juga mendesak Barat untuk menawarkan bantuan militer yang lebih kuat ke Ukraina.
Dalam desakan tersebut, Zelenskyy pun melontarkan ujaran sarkastik kepada Putin.
Seperti yang diketahui, Putin menggunakan meja panjang untuk pertemuannya baru-baru ini dengan para pemimpin asing dan pejabat Rusia.
Baca juga: Rusia Ancam Stop Aliran Gas, Jerman Ancang-ancang Gunakan Pembangkit Listrik Batu Bara
Baca juga: Serangan Rusia ke Ukraina Disebut Justru Menguntungkan China, Kok Bisa?
"Duduklah dengan saya untuk bernegosiasi, hanya saja tidak pada jarak 30 meter," ujar Zelenskyy.
"Saya tidak menggigit. Apa yang Anda takutkan?" lanjutnya.
Zelenskyy mengatakan bahwa prospek untuk putaran pembicaraan lain antara negosiasi Rusia dan Ukraina tampaknya tidak menjanjikan.
Akan tetapi, kata Zelenskyy, ia menekankan perlunya untuk bernegosiasi, menambahkan bahwa "setiap kata lebih penting daripada tembakan".