Ancaman Krisis Global Mengintai di Balik Perang Rusia-Ukraina, Dikhawatirkan Berdampak ke Indonesia
Krisis ini tidak hanya berdampak pada ekspor biji-bijian, mengingat Rusia juga merupakan pemasok utama pupuk.
Editor: Hasanudin Aco
Pertumbuhan yang sangat lambat juga akan sangat terasa di negara yang masih tertinggal dalam upaya pemulihan dari pandemi Covid-19 serta berjuang di tengah gempuran utang dan inflasi.
"Perang telah memperburuk ketidakpastian itu, merugikan orang-orang yang paling rentan di tempat-tempat yang paling rapuh.Terlalu dini untuk mengatakan sejauh mana konflik akan mengubah prospek ekonomi global," ungkap Gill, seperti dikutip Reuters.
Sejauh ini, beberapa negara di Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika dan Eropa sangat bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk makanan. Dua negara yang tengah berkonflik tersebut menyumbang lebih dari 20% ekspor gandum global.
Menurut Gill, perkiraan Bank Dunia nantinya akan menunjukkan kenaikan harga minyak sebesar 10% yang berlangsung selama beberapa tahun dapat memotong pertumbuhan di negara berkembang pengimpor minyak.
Sebagai catatan, harga minyak naik lebih dari dua kali lipat selama enam bulan terakhir.
"Jika ini berlangsung, minyak bisa memangkas persentase pertumbuhan penuh dari importir minyak seperti China, Indonesia, Afrika Selatan, dan Turki," kata Gill.
Gill menambahkan, Afrika Selatan diperkirakan akan tumbuh sekitar 2% setiap tahun pada 2022 dan 2023 sebelum perang pecah di Eropa.
Sementara Turki seharusnya bisa tumbuh 2%-3%, sedangkan China dan Indonesia masing-masing diprediksi tumbuh 5%.
Krisis Kelaparan
Invasi Rusia ke Ukraina juga dikhawatirkan akan berdampak pada inflasi pangan yang mengarah ke krisis besar-besaran.
Bahkan, efek perang ini berpotensi melampaui pukulan pandemi dan mendorong jutaan orang lagi kelaparan.
Seperti diketahui, Rusia dan Ukraina menyumbang sebagian besar dari pasokan pertanian dunia, mengekspor begitu banyak gandum, jagung, minyak bunga matahari, dan makanan lain sehingga menambah lebih dari sepersepuluh dari semua kalori yang diperdagangkan secara global.
Sekarang, pengiriman dari kedua negara hampir mengering.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (9/3/2022), gandum telah naik sekitar 50% dalam dua minggu dan jagung baru saja menyentuh level tertinggi satu dekade.