Perawat Aleksandra Seliverstova (kiri) dan Dimitri Uzhenko memberikan perawatan kepada Milena, gadis berusia 13 tahun yang terkena peluru saat dia mengungsi dari Mariupol bersama keluarganya, di sebuah ruangan yang dilindungi karung pasir di Rumah Sakit Anak Klinis Regional Zaporizhzhia pada 22 Maret 2022. - Ribuan pengungsi dari Mariupol telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa menggambarkan pengepungan Mariupol sebagai "kejahatan perang besar-besaran", yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang. (Photo by emre caylak / AFP)
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Perawat dan dokter di Rumah Sakit Anak Klinis Regional Zaporizhzhia berjuang menyelamatkan anak-anak yang menjadi korban serangan invasi Rusia.
Anak-anak tersebut melarikan diri bersama keluarga mereka dari Kota Mariupol yang hingga saat ini mendapat gempuran Rusia. Namun banyak dari anak-anak itu yang menjadi korban luka bahkan meninggal.
Staf medis merawat anak-anak korban perang dengan kondisi terbatas dan ruangan rumah sakit yang dilindungi dengan karung pasir.
Diperkirakan masih ada 100.000 orang yang terjebak di Kota Mariupol menghadapi serangan rudal Rusia serta kelaparan. Diantara jumlah tersebut ada anak-anak yang terluka diantara reruntuhan bangunan kota.