Komandan Perang Rusia di Ukraina Kini Dijabat Jenderal yang Pernah Pimpin Penyerangan ke Suriah
Perubahan ini diyakini karena Putin menginginkan agar kesuksesan penyerangan di Ukraina bisa sesuai target
Editor: Erik S
Sementara, pejabat Barat percaya bahwa mereka telah dipaksa untuk bergerak ke garis depan untuk menghadapi kondisi moral rendah di antara pasukan Rusia.
Perlawanan Ukraina yang kuat secara tak terduga, peralatan Rusia yang buruk, dan jumlah korban tewas yang tinggi di antara pasukan Rusia, semuanya dianggap berkontribusi pada moral yang rendah.
Pasukan Rusia sebagian diyakini hanya mengandalkan sistem komunikasi terbuka.
Misalnya ponsel dan radio analog, yang mudah dicegat dan dapat membocorkan lokasi perwira tinggi.
Seseorang di dalam lingkaran dalam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Ukraina memiliki tim intelijen militer yang didedikasikan untuk menargetkan kelas perwira Rusia.
Baca juga: Kisah Tentara Remaja Rusia yang Tewas di Medan Perang, Baru Menikah Langsung Dikirim ke Ukraina
Pada hari Jumat, seorang pejabat Barat melaporkan seorang kolonel Rusia telah sengaja ditabrak dan dibunuh oleh anak buahnya sendiri.
Hal ini sebagai akibat dari skala kerugian yang diambil oleh brigadenya.
"Pembunuhan komandan brigade senapan motor ke-37 memberikan wawasan tentang beberapa tantangan moral yang dihadapi pasukan Rusia," kata pejabat itu.
Sejauh ini, Vladimir Putin hanya mengacu pada kematian satu jenderal, yang diduga Mayjen Andrey Sukhovetsky, dalam pidatonya setelah dimulainya perang.
Rusia mengatakan 1.351 tentara tewas sejak perang dimulai di Ukraina, meskipun pejabat Kyiv dan barat mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi.
Sumber: BBC/Wall Street Journal/Kompas.TV