Warga Palestina Kembali Beribadah di Al-Aqsa setelah Serangan Israel, Pengamat: Kecemasan Masih Ada
Warga Palestina kembali ke kompleks Al-Aqsa setelah bentrokan kekerasan terjadi sehari sebelumnya, tetapi kecemasan dan ketegangan disebut masih ada.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Warga Palestina kembali ke kompleks Al-Aqsa pada hari Sabtu (16/4/2022) setelah bentrokan kekerasan terjadi sehari sebelumnya antara jamaah dan pasukan Israel.
Namun, ketegangan dan kecemasan disebut tetap ada ketika kelompok-kelompok ekstremis Yahudi berpotensi menyerbu masjid lagi pada hari Minggu.
Dilansir Arab News, Nabil Faydi, seorang analis politik dari Yerusalem Timur, mengatakan ketegangan masih ada karena orang-orang Yerusalem mengkhawatirkan adanya pembagian sementara atas Masjid Al-Aqsa antara Muslim dan Yahudi seperti yang terjadi di Masjid Ibrahimi di Hebron.
Namun dia menambahkan tidak mungkin kebijakan seperti itu berhasil di Al-Aqsa.
"Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu adalah garis merah bagi Palestina," katanya kepada Arab News.
"Israel sedang mencoba untuk memisahkan 350.000 orang Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur dari orang-orang Palestina yang tinggal di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan di dalam Israel."
"Namun peristiwa baru-baru ini telah membuktikan bahwa Palestina bersatu."
"Ini adalah masalah Masjid Al-Aqsa."
Baca juga: MUI Kecam Serangan Israel kepada Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa: Itu Kejahatan Kemanusiaan
Baca juga: Berita Foto : Bentrok Warga Palestina dan Polisi Israel di Masjid Al-Aqsa
Ia menyebut serangan pada hari Jumat sebagai "balon uji" Israel untuk mengukur bagaimana reaksi Palestina.
"Tetapi apa yang terjadi di Al-Aqsa menegaskan bahwa Palestina siap melindungi masjid dengan nyawa mereka."
"Mereka tidak akan mengizinkan praktik ritual Yahudi di dalam situs tersuci ketiga Islam itu."
Organisasi Kerjasama Islam (OIC) mengutuk serangan Israel di masjid suci itu serta dan serangan terhadap jamaah di dalam Masjid Al-Qibli dan di alun-alun Al-Aqsa.
"Eskalasi berbahaya ini merupakan penghinaan terhadap perasaan seluruh umat Islam dan pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi dan instrumen internasional," kata OIC.
Mereka menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas akibat dari kejahatan dan pelanggaran harian seperti itu terhadap rakyat Palestina, wilayah dan tempat-tempat suci mereka.