Warga Palestina Kembali Beribadah di Al-Aqsa setelah Serangan Israel, Pengamat: Kecemasan Masih Ada
Warga Palestina kembali ke kompleks Al-Aqsa setelah bentrokan kekerasan terjadi sehari sebelumnya, tetapi kecemasan dan ketegangan disebut masih ada.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
OIC JUGA meminta masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, untuk bertindak melawan pelanggaran terus-menerus ini.
Terlepas dari perbedaan politik di antara kelompok-kelompok Palestina — apakah mereka sekuler, Islamis, atau Marxis — satu-satunya hal yang menyatukan mereka adalah Masjid Al-Aqsa, yang mereka anggap garis merah, tidak boleh disentuh.
Ibrahim Al-Anbawi, seorang penduduk Yerusalem Timur, menggambarkan situasinya semakin buruk.
Ia mengatakan ada kemarahan yang kuat di antara orang-orang Yerusalem karena apa yang terjadi pada hari Jumat, yang menyebabkan timbulnya rasa malu bagi Yordania dan Otoritas Palestina.
Keduanya dituduh gagal melindungi tempat-tempat suci Islam, dan mereka didesak untuk mengambil sikap tegas terhadap ancaman Israel.
Sementara itu, serangan besar-besaran akan menandai Paskah Yahudi selama seminggu ke Al-Aqsa, kata sumber-sumber Palestina.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan:
"Pertempuran belum berakhir dan perlawanan tidak akan berhenti."
"Tidak ada kesepakatan gencatan senjata dengan pendudukan kriminal Israel, dan mereka harus menghentikan pelanggarannya."
Sementara itu, puluhan mahasiswa dari Universitas Al-Quds di Abu Dis, tenggara Yerusalem, dilempari gas air mata oleh pasukan Israel di dalam dan sekitar kampus mereka pada Sabtu (16/4/2022).
Para mahasiswa berkumpul untuk mengutuk kekejaman Israel di Yerusalem dan Jenin.
Roni Shakid, seorang peneliti senior di Institut Truman untuk Studi Perdamaian di Universitas Ibrani Yerusalem, mengatakan kepada Arab News:
"Ketika impian Palestina untuk memiliki negara Palestina merdeka memudar, satu-satunya hal yang dapat mereka perjuangkan adalah melindungi simbol nasional, dan di sini Masjid Al-Aqsha menonjol sebagai yang paling penting dari simbol-simbol suci yang mereka yakini harus mereka lindungi dan lestarikan."
Imad Mona, seorang pemilik toko buku di Yerusalem Timur, mengatakan kepada Arab News bahwa para pedagang di Kota Tua dan Yerusalem Timur mengharapkan lebih banyak penjualan di bulan Ramadhan.
Sebeb, jumlah pengunjung Al-Aqsa dari Palestina yang tinggal di Israel, Tepi Barat, dan bahkan dari Yerusalem Timur, meningkat.