Strategi Negara-negara Eropa saat Rusia Hentikan Pasokan Gas
Raksasa energi Rusia Gazprom, mengatakan kepada perusahaan gas Polandia PGNiG, mereka akan menghentikan pasokan gas di sepanjang pipa Yamal
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Sedangkan Eropa Selatan dapat menerima gas Azebaijani melalui Pipa Trans Adriatic ke Italia, dan Pipa Gas Alam Trans-Anatolia (TANAP) melalui Turki.
Pekan lalu, AS mengatakan akan mengirimkan 15 miliar meter kubik gas alam cair (LNG) ke Uni Eropa pada tahun ini. Namun pemerintah AS tidak merinci jumlah atau persentase pasokan LNG tambahan yang akan datang dari Amerika Serikat. Kilang LNG AS berproduksi dengan kapasitas penuh, dan analis mengatakan sebagian besar tambahan gas AS yang dikirim ke Eropa akan diekspor dari tempat lain.
Terminal LNG Eropa juga memiliki kapasitas terbatas untuk impor tambahan, meskipun beberapa negara Eropa mengatakan mereka sedang mencari cara untuk memperluas impor dan penyimpanannya.
Kontrak PGNiG Polandia dengan Gazprom untuk 10,2 miliar meter kubik per tahun, mencakup sekitar 50 persen dari konsumsi nasional Polandia.
PGNiG mengatakan pada Selasa (26/4/2022) kemarin, pihaknya akan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan aliran gas sesuai dengan kontrak dan menyebut menghentikan pasokan gas termasuk ke dalam pelanggaran kontrak. PGNiG juga mengatakan mereka memiliki hak untuk menuntut ganti rugi dalam kasus tersebut.
Beberapa negara berusaha untuk mengisi kesenjangan dalam pasokan energi dengan beralih ke impor listrik melalui interkonektor dari negara tetangga mereka, atau dengan meningkatkan pembangkit listrik dari nuklir, energi terbarukan, tenaga air dan batu bara.
Komisi Eropa mengatakan gas dan LNG dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan Qatar tahun ini dapat menggantikan 60 miliar meter kubik (bcm) pasokan Rusia. Proyek pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru, diprediksi dapat menggantikan 20 bcm permintaan gas tahun ini.
Sementara itu, ketersediaan nuklir menurun di Belgia, Inggris, Prancis, dan Jerman, karena pembangkit listrik tenaga nuklir di negara-negara tersebut telah menghadapi pemadaman seiring bertambahnya usia, atau telah dinonaktifkan atau dihentikan.
Eropa mencoba beralih dari penggunaan batubara untuk mengurangi krisis iklim, namun beberapa pembangkit listrik batu bara telah diaktifkan kembali sejak pertengahan tahun 2021, yang diakibatkan karena melonjaknya harga gas.
Jerman bersedia untuk memperpanjang umur pembangkit listrik tenaga batu bara atau nuklirnya, untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia.
Baca juga: Serangan Rusia Memaksa Lebih dari 2,8 Juta Orang Ukraina Pergi ke Polandia
Menurut para analisis, jika Jerman tidak mendapat cukup pasokan gas, maka industri-industri negara itu, yang menyumbang seperempat dari konsumsi gas Jerman, akan menjadi korban pertama dari kekurangan pasokan gas.
Dalam 15 tahun terakhir, Rusia dan Ukraina juga terlibat dalam perselisihan karena pasokan gas, yang sebagian besar perselisihan disebabkan karena tingginya harga gas.
Pada tahun 2006, Gazprom memotong pasokan ke Ukraina selama satu hari. Pada musim dingin 2008/2009, gangguan pasokan Rusia melanda seluruh Eropa. Rusia kembali memutuskan pasokan ke Kyiv pada tahun 2014, setelah Rusia mencaplok Krimea.
Ukraina berhenti membeli gas Rusia pada November 2015, dan mengimpor gas dari negara-negara UE, dengan membalikkan aliran di beberapa jalur pipanya.