Dibantu Rusia Lusinan Warga Sipil Loloskan Diri dari Azovstal yang Terkepung
Kelompok militan Azov dan pasukan Ukraina, menuntut agar mereka diizinkan pergi dari Azovstal atas bantuan pihak ketiga.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MARIUPOL - Empat puluh enam warga sipil dievakuasi dari bangunan tempat tinggal yang berdekatan pabrik baja Azovstal di Mariupol, Minggu (1/5/2022) WIB.
Pernyataan ini disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia. Sebuah video yang dirilis militer menunjukkan orang-orang pergi naik bus bertanda 'Z'. Kendaraan ambulans juga terlihat.
“Pada 30 April, karena penetapan gencatan senjata dan pembukaan koridor kemanusiaan, dua kelompok warga sipil meninggalkan bangunan tempat tinggal yang berdekatan dengan wilayah pabrik baja Azovstal,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Disebutkan ada 25 penduduk Mariupol meninggalkan lokasi pada siang hari, dan 21 lainnya pergi beberapa jam kemudian ke wilayah aman.
“Semua warga sipil diberikan akomodasi, makanan, dan bantuan medis yang diperlukan,” kata kementerian itu seperti dikutip Russia Today.
Baca juga: Komandan Ukraina yang Terkepung di Mariupol Minta Tolong Presiden Tayyip Erdogan
Baca juga: Rusia Tolak Tawaran Bernegosiasi dengan Ukraina di Mariupol: Mereka Ingin Pentaskan Adegan Memilukan
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Pada 21 April, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan kepada Presiden Vladimir Putin Mariupol sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia kecuali pabrik Azovstal.
Dibangun pada zaman Soviet, fasilitas ini memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang sangat besar, yang telah diubah menjadi benteng oleh pasukan Ukraina dan kaum nasionalis.
Putin membatalkan serangan total terhadap pabrik itu, dan sebagai gantinya menawarkan mereka yang bercokol di sana kesempatan untuk menyerah.
Bagi siapa pun yang meletakkan senjata, Rusia menjamin kelangsungan hidup dan “perlakuan yang layak di bawah semua norma internasional.”
Kelompok militan Azov dan pasukan Ukraina, menuntut agar mereka diizinkan pergi dengan bantuan "pihak ketiga" yang tidak disebutkan Namanya.
Mereka tetap ingin membawa senjata pribadi mereka. Mereka juga menyatakan menyerah bukanlah suatu pilihan.
Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengklaim Ukraina bersalah atas kegagalan upaya sebelumnya untuk mendirikan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil.
Minta Bantuan Turki
Perkembangan lain, Sergey Volina, Komandan Brigade Marinir ke-36 Ukraina, yang masih bercokol di pabrik baja Azovstal Mariupol meminta bantuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.