PROFIL Elisabeth Borne, Perdana Menteri Baru Prancis yang Ditunjuk Presiden Emmanuel Macron
Politisi sentris Elisabeth Borne ditunjuk sebagai perdana menteri baru Prancis, menjadi wanita kedua dalam sejarah yang menduduki jabatan tersebut.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Pilihan Macron atas Borne dikritik oleh beberapa politisi sayap kiri dan pendukung mereka.
Pemimpin sayap kiri Firebrand Jean-Luc Melenchon mengatakan pengangkatan Borne menandai "musim baru penganiayaan sosial dan ekologis."
Ia mengklaim di Twitter bahwa warisannya melahirkan "pengurangan tunjangan 1 juta orang yang menganggur."
Misi pertama Borne adalah memastikan bahwa partai sentris Macron dan sekutunya berhasil dalam pemilihan parlemen Prancis pada bulan Juni.
Pemungutan suara parlemen dijadwalkan dilakukan dalam dua putaran.
Pemilihan itu akan menentukan kelompok mana yang memegang mayoritas kursi di Majelis Nasional, yang memiliki keputusan akhir atas Senat dalam proses pembuatan undang-undang Prancis.
Macron juga menjanjikan RUU yang membahas kenaikan biaya hidup di Prancis, di mana harga makanan dan energi akan melonjak.
RUU itu akan disiapkan oleh pemerintah barunya dan diharapkan akan dipresentasikan setelah pemilihan parlemen.
Jika partai Macron memenangkan mayoritas di Majelis, Borne kemudian perlu memastikan bahwa perubahan pensiun yang dijanjikan oleh presiden dimasukkan ke dalam undang-undang, termasuk menaikkan usia pensiun minimum dari 62 menjadi 65.
Perubahan yang diusulkan itu telah dikritik oleh pekerja, serikat pekerja dan pemilih sayap kiri.
Macron juga berjanji bahwa perdana menteri baru akan secara langsung bertanggung jawab atas "perencanaan hijau", yang berupaya mempercepat implementasi kebijakan terkait iklim Prancis.
Macron berjanji untuk bertindak dua kali lebih cepat dalam masa jabatan keduanya untuk mengekang emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, Borne sejauh ini memiliki rekam jejak yang beragam.
Ia memicu kritik dari pekerja, serikat pekerja, dan pemilih sayap kiri.