Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Kecewa, China dan Rusia Veto Sanksi Baru Dewan Keamanan PBB untuk Korea Utara

China dan Rusia memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk memperkuat sanksi terhadap Korea Utara atas serangkaian uji coba rudalnya tahun ini.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
zoom-in AS Kecewa, China dan Rusia Veto Sanksi Baru Dewan Keamanan PBB untuk Korea Utara
TIMOTHY A. CLARY / AFP
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield (tengah), berbicara selama pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, di New York pada 11 Maret 2022. Dewan Keamanan mengadakan pertemuan tentang dugaan pembuatan senjata biologis di Ukraina atas permintaan dari Moskow. Rusia pada 10 Maret 2022 menuduh AS mendanai penelitian pengembangan senjata biologis di Ukraina, yang telah menghadapi serangan oleh puluhan ribu tentara Rusia sejak 24 Februari 2022. 

Pyongyang terakhir melakukan uji coba nuklir pada 2017.

“Menggunakan hak veto melindungi rezim Korea Utara dan memberikan kekuasaan penuh untuk meluncurkan lebih banyak senjata,” kata Duta Besar Prancis, Nicolas de Riviere.

Alasan Kemanusiaan

Setelah memveto sanksi lanjutan ini, China dan Rusia mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa AS perlu meningkatkan dialog dengan Korea Utara daripada menjatuhkan lebih banyak sanksi.

Kedua negara ini mendorong agar sanksi dilonggarkan dengan alasan kemanusiaan.

“Pengenalan sanksi baru terhadap DPRK (Korea Utara) adalah jalan menuju jalan buntu,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia kepada dewan.

“Kami telah menekankan ketidakefektifan dan ketidakmanusiawian untuk lebih memperkuat tekanan sanksi terhadap Pyongyang," imbuhnya.

BERITA REKOMENDASI

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan sanksi tambahan terhadap Korea Utara hanya akan menyebabkan lebih banyak "efek negatif dan eskalasi konfrontasi".

Gambar ini diambil dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 14 Mei 2022 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengambil bagian dalam dewan Partai Buruh Korea untuk memeriksa status operasional pengukuran darurat maksimum untuk mencegah penyebaran infeksi virus corona COVID-19 di Pyongyang.
 (Photo by KCNA VIA KNS / AFP)
Gambar ini diambil dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 14 Mei 2022 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengambil bagian dalam dewan Partai Buruh Korea untuk memeriksa status operasional pengukuran darurat maksimum untuk mencegah penyebaran infeksi virus corona COVID-19 di Pyongyang. (Photo by KCNA VIA KNS / AFP) (AFP/STR)

Baca juga: Kim Jong Un dan Warga Korea Utara Hadiri Pemakaman di Tengah Kasus Dugaan Corona yang Capai 2,8 Juta

Baca juga: Senator AS Nilai Barat Perlu Bersiap untuk Serangan Nuklir karena Putin Kerap Bertindak Tak Logis

Pembicaraan denuklirisasi telah terhenti sejak 2019, ketika pertemuan puncak di Vietnam antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump berakhir tanpa kesepakatan.

Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya bersedia berbicara dengan Korea Utara tanpa prasyarat tetapi tidak akan membuat "tawar-menawar besar".

Di sisi lain, Pyongyang menunjukkan sedikit minat dalam pembicaraan tersebut.

Majelis Umum PBB akan membahas Korea Utara dalam dua minggu ke depan, di bawah aturan baru yang mewajibkan badan yang beranggotakan 193 orang itu untuk bertemu setiap kali veto diberikan di Dewan Keamanan oleh salah satu dari lima anggota tetap – Rusia, Cina, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas