Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Singapura Darurat Demam Berdarah, Laporkan 11.670 Kasus sejak Awal Tahun

Singapura mengatakan sedang menghadapi "darurat" demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD di negara itu sejak awal 2022 telah melampaui 11.000 kasus.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Inza Maliana
zoom-in Singapura Darurat Demam Berdarah, Laporkan 11.670 Kasus sejak Awal Tahun
Freepik
Ilustrasi gigitan nyamuk aedes aegypti penyebab DBD - Singapura mengatakan sedang menghadapi "darurat" demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD di negara itu sejak awal 2022 telah melampaui 11.000 kasus sejak awal 2022. 

Badan Meteorologi Singapura mengatakan bahwa negara Asia Tenggara itu memanas dua kali lebih cepat dari bagian dunia lainnya.

Suhu harian maksimum bisa mencapai 37 derajat Celcius pada tahun 2100 jika emisi karbon terus meningkat, para ilmuwan cuaca memperingatkan.

Suhu baru-baru ini mencapai rekor tertinggi 36,7 derajat Celcius pada Mei di tengah tingkat kelembaban yang terik.

Suhu yang melonjak diperkirakan akan terus terjadi, menurut ilmuwan cuaca dan iklim Koh Tieh Yong dari Universitas Ilmu Sosial Singapura.

"Dasawarsa terakhir sangat hangat. Kami sekarang mengalami sekitar 12 hari yang lebih hangat dan 12 malam yang lebih hangat (dibandingkan dengan) 50 tahun yang lalu," kata Koh.

Koh mengatakan Asia Tenggara harus banyak khawatir tentang perubahan iklim.

Pakar lain mengatakan bahwa mengingat tren cuaca panas yang berkepanjangan dan curah hujan yang lebih deras dari musim hujan yang tiba-tiba, masalah demam berdarah tahunan di Singapura kemungkinan besar akan semakin parah.

Ikon Singapura, Air Mancur Patung Merlion, di Marina Bay.
Ikon Singapura, Air Mancur Patung Merlion, di Marina Bay. (KOMPAS.com/ERICSSEN)
Berita Rekomendasi

"Kami tidak akan dapat memberantas demam berdarah (karena) cuaca ekstrem yang konstan menciptakan kondisi perkembangbiakan yang sempurna bagi nyamuk," kata ilmuwan iklim Winston Chow dari College of Integrative Studies di Singapore Management University.

Chow, yang telah dua kali terjangkit demam berdarah, menyayangkan meningkatnya skala masalah.

"Dalam hal adaptasi, Singapura memiliki infrastruktur perawatan kesehatan yang sangat baik dan kebijakan yang tak terhitung jumlahnya untuk mengurangi risiko tetapi hanya ada begitu banyak yang dapat dilakukan," katanya.

Meskipun menghabiskan puluhan juta dolar setiap tahun untuk mencoba menekan populasi nyamuk melalui upaya pengasapan di seluruh pulau, kampanye kesadaran publik, dan bahkan eksperimen baru menggunakan nyamuk hasil biakan laboratorium khusus, lembaga pemerintah di Singapura terus melaporkan peningkatan infeksi demam berdarah dan kluster nyamuk.

"Singapura saat ini menghadapi situasi demam berdarah yang serius," kata Badan Lingkungan Nasionalnya.

Kasus DBD terus meningkat tajam dan diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan, tambah badan tersebut.

Sementara badan pemerintah telah berhasil membasmi area yang luas dari kluster dan melakukan upaya ekstensif untuk mengendalikan populasi nyamuk, masih terlihat perkembangbiakan nyamuk yang melimpah di banyak daerah.

"Deteksi cepat dan penghapusan habitat perkembangbiakan nyamuk sangat penting dalam mengurangi populasi vektor nyamuk," kata badan tersebut.

"Kami menghimbau kepada seluruh warga untuk tetap waspada, dan memeriksa rumah mereka secara menyeluruh setidaknya sekali seminggu untuk setiap genangan air."

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas