Sudah 107 Hari, Kapan Operasi Militer Rusia di Ukraina akan Berakhir?
Pejabat Rusia mengungkapkan kapan berakhirnya perang di Ukraina yang sudah memasuki hari ke-107, pada Jumat (10/6/2022).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Dua wilayah ini juga menjadi salah satu tujuan utama Rusia.
Dilansir Al Jazeera, pasukan Rusia dilaporkan menghancurkan kompleks olah raga besar Ice Palace di Severodonetsk.
"Salah satu simbol Severodonetsk dihancurkan. Istana Es terbakar," tulis Gubernur Luhansk Serhiy Haidai di Telegram.
"Es, figure skating, hoki, bola voli, sekolah olahraga, konser, kelulusan – hampir 50 tahun sejarah olahraga dan pengembangan budaya Severodonetsk kami sekarang hilang," tambahnya.
Sementara itu, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Kamis mengatakan tentara Ukraina berhasil menggagalkan upaya Rusia merebut Severodonetsk.
"Para penjajah, dengan bantuan unit senapan bermotor dan artileri, melakukan operasi penyerangan di kota Severodonetsk. Mereka tidak berhasil; pertempuran berlanjut," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam briefingnya.
Ia menambahkan bahwa pasukan Ukraina telah berhasil menangkis serangan Rusia di desa Toshkivka, di pinggiran barat laut Severodonetsk.
Haidai sebelumnya mengatakan pasukan Rusia terus menembaki kota tetangga Lysychansk menggunakan senjata kaliber besar yang "menembus beton".
Baca juga: Tiga Pejuang Asing Dijatuhi Hukuman Mati setelah Dituduh Sebagai Tentara Bayaran untuk Ukraina
Baca juga: Was-was Ancaman Moskow, Finlandia Berencana Bangun Penghalang di Perbatasan Rusia
Menurutnya, kondisi kota sangat berbahaya bagi warga sipil, bahkan di tempat penampungan.
Rusia disebut mengirim tentaranya ke Severodonetsk bagaikan "umpan meriam".
Sekretaris dewan keamanan Ukraina menambahkan bahwa situasi di kota itu "sangat rumit" dan pasukan Rusia memusatkan seluruh kekuatannya di daerah itu.
"Mereka tidak mengampuni orang-orang mereka, mereka hanya mengirim orang-orang seperti umpan meriam mereka menembaki militer kami siang dan malam," kata Oleksiy Danilov kepada kantor berita Reuters.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)