Hari Pengungsi Sedunia 2022: Tema, Sejarah dan Daftar 5 Krisis Pengungsi Paling Besar
Hari Pengungsi Sedunia 2022, tema, sejarah dan daftar 5 krisis pengungsi paling besar selama satu dekade terakhir, versi Concern USA.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Hari Pengungsi Sedunia diperingati setiap tanggal 20 Juni.
World Refugee Day atau Hari Pengungsi Sedunia adalah hari khusus untuk menghormati para pengungsi di seluruh dunia.
Dikutip dari laman WHO, Tema Hari Pengungsi Sedunia tahun 2022 adalah ‘Whoever, Whatever, Whenever. Everyone has the right to seek safety' ('Siapapun, Apapun, Kapanpun. Setiap orang berhak untuk mencari keselamatan').
Hari Pengungsi Sedunia merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan mereka di negara tuan rumah.
Berikut ini sejarah Hari Pengungsi Sedunia.
Baca juga: Petinggi NATO: Perang Rusia Vs Ukraina Bisa Bertahun-tahun, Kita Harus Siap
Sejarah Hari Pengungsi Sedunia dan Tujuannya
Menurut Konvensi Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1951, pengungsi adalah seseorang yang melarikan diri dari negara asalnya karena "ketakutan yang beralasan akan penganiayaan karena agama, ras, kebangsaan, keanggotaan dalam komunitas tertentu atau pendapat politiknya."
Hari Pengungsi Sedunia dimaksudkan untuk membangun kedekatan dan pemahaman atas masalah mereka dan untuk membantu mereka membangun kembali kehidupan mereka.
Hari Pengungsi Sedunia pertama kali diadakan pada tanggal 20 Juni 2001.
Peringatan ini dilakukan pada perayaan 50 tahun Konvensi Pengungsi PBB tahun 1951 tentang Status Pengungsi.
Hari itu sebelumnya dikenal sebagai Hari Pengungsi Afrika.
Pada bulan Desember 2000, PBB secara resmi menetapkan hari itu sebagai 'Hari Pengungsi Sedunia'.
Badan Pengungsi PBB, bergabung dengan jutaan orang lain di seluruh dunia untuk menghormati mereka yang melarikan diri dari konflik, kekerasan dan penganiayaan untuk mencari keselamatan.
Setiap pengungsi harus disambut dan diperlakukan dengan bermartabat tanpa memandang tempat kelahiran, asal, ras atau agama mereka.
Baca juga: Penjelasan Krisis Pengungsi di Inggris ke Rwanda: Kebijakan Deportasi hingga Kontroversinya