Dampak Utama Perang Rusia vs Ukraina, Ini Jumlah Korban hingga Kerugian Keduanya
Inilah kerugian yang diderita Rusia vs Ukraina selama perang, mulai dari jumlah korban jiwa hingga dampaknya yang memicu krisis energi dunia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022, mengakibatkan banyak kerugian.
Bukan hanya Ukraina yang menderita kerugian sebagai sasaran invasi, tetapi juga pihak Rusia.
Badan-badan internasional telah mencatat korban tewas mencapai puluhan ribu jiwa, jutaan warga terlantar, hingga memicu krisis ekonomi.
Berikut dampak-dampak utama dari perang, menurut laporan Reuters:
1. Kematian
Sejak 24 Februari, 5.237 warga sipil tewas dan 7.035 terluka, meskipun korban sebenarnya jauh lebih tinggi, kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia pada 25 Juli.
Sebagian besar dari mereka yang tewas atau terluka adalah korban senjata peledak seperti artileri, rudal dan serangan udara, kata OHCHR.
Baik Rusia maupun Ukraina tidak memberikan rincian tentang kematian militer selama konflik.
Intelijen AS memperkirakan sejauh ini sekitar 15.000 tentara Rusia telah tewas di Ukraina dan tiga kali lipat terluka - setara dengan jumlah korban tewas Soviet selama pendudukan Moskow di Afghanistan pada 1979-1989.
AS meyakini kerugian militer Ukraina juga tinggi tetapi mungkin lebih rendah dari Rusia, jelas Direktur CIA William Burns bulan ini.
Konflik di Ukraina timur dimulai pada tahun 2014 setelah seorang presiden pro-Rusia digulingkan dalam Revolusi Maidan Ukraina dan Rusia mencaplok Krimea, dengan pasukan yang didukung Rusia memerangi angkatan bersenjata Ukraina.
Sekitar 14.000 orang tewas di sana antara 2014 dan 2022, menurut OHCHR, termasuk 3.106 warga sipil.
2. Warga Terlantar
Sejak 24 Februari sepertiga warga Ukraina terusir dari rumah mereka, menjadikan krisis perpindahan manusia terbesar saat ini di dunia, menurut badan PBB RefugAe.
Ukraina diketahui memiliki total penduduk lebih dari 41 juta.
Saat ini ada lebih dari 6,16 juta pengungsi dari Ukraina yang tersebar di seluruh Eropa, dengan jumlah terbesar di Polandia, Rusia dan Jerman, menurut data badan tersebut.
3. Kerugian Ukraina
Selain korban jiwa, Ukraina telah kehilangan kendali sekitar 22 persen dari tanahnya ke Rusia sejak pencaplokan Krimea tahun 2014, menurut perhitungan Reuters.
Negara ini telah kehilangan sebagian besar garis pantai, ekonomi lumpuh, dan sejumlah kota rusak parah hingga terlantar pasca-penyerangan Rusia.
Ekonomi Ukraina akan berkontraksi sebesar 45 persen pada tahun 2022, menurut Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Biaya kerugian yang ditanggung Ukraina dalam dolar tidak dapat diperkirakan.
Perdana Menteri Denys Shmyhal bulan ini mengatakan pembangunan kembali setelah perang akan menelan biaya sekitar $750 miliar, yang mungkin jauh lebih besar.
Tidak jelas berapa banyak yang telah dikeluarkan Ukraina untuk berperang.
Baca juga: Buntut Interupsi Siaran Langsung TV Rusia, Jurnalis Marina Ovsyannikova Didenda Rp 11,8 Juta
Baca juga: Rentetan Rudal Rusia Hujani Ukraina Utara, Perbatasan dengan Belarusia
4. Kerugian Rusia
Perang juga mahal bagi Rusia, walaupun ini tidak diungkapkan karena menjadi rahasia negara.
Selain biaya militer, Barat juga menghukum Rusia dengan menjatuhkan sanksi berat.
Ini menjadi kejutan terbesar bagi ekonomi Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Bank Sentral Rusia sekarang memperkirakan ekonomi $1,8 triliun akan berkontraksi sebesar 4 persen -6 % pada tahun 2022, kurang dari kontraksi 8 % -10 % yang diperkirakan pada bulan April.
Dampaknya terhadap perekonomian Rusia cukup parah dan belum sepenuhnya jelas.
Rusia dikeluarkan dari pasar keuangan Barat, oligarkinya dijatuhi sanksi Barat, dan mengalami masalah dalam mencari beberapa barang seperti microchip.
Rusia bulan lalu gagal membayar obligasi luar negerinya untuk pertama kalinya pasca-revolusi Bolshevik 1917.
5. Kenaikan Harga
Invasi dan sanksi Barat terhadap Rusia menyebabkan kenaikan tajam dalam harga pupuk, gandum, logam dan energi.
Rusia adalah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi dan pengekspor gas alam, gandum, pupuk nitrogen, dan paladium terbesar di dunia.
Tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina, harga minyak internasional melonjak ke level tertinggi sejak rekor 2008.
Upaya mengurangi ketergantungan pada minyak, gas dan produk minyak Rusia atau bahkan untuk membatasi harganya, telah memperburuk krisis energi dan menjadi yang paling parah sejak embargo minyak Arab pada 1970-an.
Setelah Rusia memotong aliran melalui pipa gas Nord Stream 1 ke Jerman, harga gas melonjak di Eropa.
Pemutusan total akan mengarahkan kawasan euro ke dalam resesi, dengan kontraksi tajam di Jerman dan Italia, menurut Goldman Sachs.
Baca juga: Kapal Suriah Bawa Gandum Curian dari Dermaga Ukraina, Berlabuh di Lebanon
Baca juga: AS Tak Punya Bukti Rusia Datangkan Drone Dari Iran
6. Senjata Barat
Amerika Serikat (AS) telah memberikan sekitar $7,6 miliar bantuan keamanan ke Ukraina sejak 24 Februari.
Bantuan itu termasuk sistem anti-pesawat stinger, sistem anti-armor Javelin, Howitzer 155mm dan peralatan pelindung kimia, biologi, radiologi, dan nuklir.
Pendonor terbesar Ukraina selanjutnya adalah Inggris.
Pemerintahan eks PM Boris Johnson menggelontorkan dana $2,8 miliar dalam bentuk dukungan militer.
Uni Eropa juga telah menyetujui 2,5 miliar euro dalam bantuan keamanan ke Ukraina.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)