Mengenal Viktor Bout, Pedagang Maut yang Disebut dalam Pertukaran Tawanan AS-Rusia
Viktor Bout memiliki dua julukan terkenal yaitu "pedagang kematian" dan "penghancur sanksi" karena kemampuannya menghindari embargo senjata.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Bout pertama kali dicurigai Badan Intelijen Pusat AS (CIA), setelah munculnya laporan seorang warga Rusia memperdagangkan senjata di Afrika pada akhir era milenium, sehingga menjadikannya salah satu orang paling dicari di dunia.
Baca juga: Donald Trump Hingga Tokoh Rusia Peringatkan Nancy Pelosi Agar Tak Kunjungi Taiwan
Klien Bout sendiri terdiri dari kelompok pemberontak dari Kongo, Angola dan Liberia. Pria ini juga dikenal memiliki ideologi yang kuat dan cenderung menempatkan bisnis di atas politik.
Ia juga menjual senjata ke Afghanistan, ke kelompok Taliban dan musuh mereka di Aliansi Utara yang pro-barat.
Bout juga diketahui memasok senjata ke mantan Presiden Liberia dan panglima perang Charles Taylor, yang sekarang menjalani masa hukuman 50 tahun penjara karena kasus pembunuhan, pemerkosaan dan terorisme.
Ia juga menjual senjata ke berbagai faksi di Kongo dan kelompok militan Islam Filipina Abu Sayyaf.
Hingga pada akhir tahun 2008, Viktor Bout berhasil ditangkap setelah Administrasi Penegakan Narkoba AS melacaknya sedang berada di hotel mewah di Bangkok, Thailand.
Pada proses penangkapannya, Bout terekam kamera sedang melakukan transaksi jual beli senjata dengan agen rahasia AS yang menyamar sebagai kelompok gerilyawan sayap kiri FARC. Tidak lama setelah itu, dia ditangkap oleh polisi Thailand.
Bout diadili atas tuduhan terkait kelompok FARC, yang kemudian ia bantah. Pada tahun 2012 Viktor Bout dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara oleh Pengadilan di Manhattan, AS, hingga 25 tahun penjara.
Sejak saat itulah, Rusia sangat ingin mendapatkan Bout kembali.
Pada 27 Juli 2022, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington telah membuat tawaran ke Rusia untuk melepaskan bintang Asosiasi Bola Basket Nasional Wanita (WNBA) Brittney Griner dan mantan Marinir AS Paul Whelan.
Dua hari kemudian, Blinken mengatakan dia melakukan percakapan melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melalui telepon dan meminta Moskow untuk menerima proposal tersebut.
Blinken menolak untuk mengatakan apa yang ditawarkan AS sebagai imbalan untuk Griner dan Whelan.
Sebuah sumber yang mengetahui situasi tersebut mengonfirmasi bahwa Washington bersedia menukar Bout sebagai bagian dari kesepakatan.