Intelijen AS Sebut Rusia Kekurangan Personel di Ukraina, Napi hingga Tentara Terluka Dikerahkan
Menurut intelijen AS, Rusia merekrut napi, tentara kontrak, hingga tentara yang terluka untuk mengatasi kekurangan personel di Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat AS, mengutip informasi intelijen mengatakan militer Rusia sedang kekurangan tenaga kerja di tengah perang melawan Ukraina.
Dengan kondisi itu, Rusia dikatakan berusaha merekrut tentara kontrak hingga narapidana.
Sebelumnya pada Kamis lalu, Presiden Vladimir Putin menandatangani dekrit untuk meningkatkan jumlah Angkatan Bersenjata Rusia.
Peningkatan itu dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta personel.
Sejauh ini, Moskow belum mengungkapkan kerugian militernya sejak invasi Ukraina dimulai.
Namun pejabat Barat dan pemerintah Kyiv memperkirakan korban jiwa dari Rusia mencapai ribuan.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina Hari ke-190: Serangan Ukraina di Kherson Belum Berhenti
"Militer Rusia menderita kekurangan tenaga kerja yang parah di Ukraina," kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi intelijen.
Pejabat itu mengatakan, Kementerian Pertahanan Rusia diyakini sedang merekrut tentara kontrak untuk mengisi kekurangan personel.
"Termasuk dengan memaksa tentara yang terluka untuk masuk kembali ke pertempuran, memperoleh personel dari perusahaan militer swasta, dan membayar bonus untuk wajib militer," kata pejabat itu, lapor Reuters.
"Secara terpisah, kami memiliki laporan yang kredibel bahwa Kementerian Pertahanan Rusia juga kemungkinan akan mulai merekrut penjahat yang dihukum di Ukraina dengan imbalan pengampunan dan kompensasi finansial," imbuhnya.
Rusia Bisa Perluas Perang
Kepala Pertahanan Jerman, Jenderal Eberhard Zorn memperingatkan Barat agar tidak meremehkan kekuatan militer Rusia.
Orang nomor satu di Bundeswehr atau Angkatan Bersenjata Jerman ini mengatakan, Rusia berpotensi membuka palagan perang kedua.
Hal ini diungkapkan Jenderal Zorn dalam wawancaranya dengan Reuters.
"Sebagian besar pasukan darat Rusia mungkin terikat di Ukraina saat ini, tetapi meskipun demikian, kita tidak boleh meremehkan potensi pasukan darat Rusia untuk membuka teater perang kedua," kata dia.
Di luar tentara angkatan darat, Rusia juga memiliki angkatan laut dan angkatan udara.
Menurut Zorn, baru sebagian kecil dari kedua angkatan bersenjata itu yang dikerahkan ke Ukraina.
"Sebagian besar angkatan laut Rusia belum dikerahkan dalam perang di Ukraina, dan angkatan udara Rusia juga masih memiliki potensi yang signifikan, yang juga merupakan ancaman bagi NATO," kata Zorn.
Dia juga menduga Rusia tidak akan kehabisan amunisi dalam waktu dekat.
"Rusia memiliki amunisi dalam jumlah besar," katanya.
"Amunisi ini sebagian sudah tua dan sangat tidak akurat tetapi justru inilah yang menyebabkan kehancuran besar pada infrastruktur sipil. Mereka menembakkan sekitar 40.000 hingga 60.000 butir amunisi artileri per hari," jelas Zorn.
Bundeswehr secara teratur mendukung misi kepolisian udara NATO di negara-negara Baltik dengan jet tempur.
Baca juga: Tim Inspektur Nuklir IAEA Tiba di Zaporizhzhia Ukraina yang Dikuasai Rusia
Baca juga: Jenderal Jerman: Jangan Remehkan Kekuatan Militer Rusia, Moskow Bisa Buka Perang Kedua
Angkatan militer Jerman mempunyai salah satu armada terkuat di kawasan tersebut, yang juga mengawasi perkembangan di Laut Baltik.
Salah satu titik potensial di sana adalah Kaliningrad, eksklave Rusia yang terjepit di antara anggota NATO Polandia dan Lithuania.
Lokasi itu menampung armada angkatan laut Baltik Rusia dan merupakan lokasi penempatan rudal Iskander berkemampuan nuklir Rusia.
Rusia sebelumnya melayangkan ancaman akan menempatkan senjata nuklir dan hipersonik di Kaliningrad, jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
(Tribunnews.com/Ika Nur Cahyani)