3 Hal yang Perlu Diketahui tentang Protes Anti-Monarki Inggris, Tak Semua Menyukai Raja Charles III
Ini 3 hal yang perlu diketahui seputar protes anti-monarki, tidak semua orang mendukung Raja Charles III maupun kerajaan Inggris.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Saat Raja Charles III naik takhta Inggris setelah kematian ibunya, Ratu Elizabeth II, tagar 'NotMyKing' menjadi tren di media sosial.
Sejumlah orang membawa poster-poster anti-monarkis, meneriakkan slogan-slogan dan juga mencela bangsawan.
Tetapi protes anti-monarki di Inggris bukanlah hal baru.
Mengutip Hindustan Times, ini 3 hal yang perlu diketahui seputar protes anti-monarki di Inggris.
1. Bagaimana orang-orang melakukan protes menolak Raja Charles III?
Minggu ini, polisi Inggris menangkap orang-orang yang memprotes monarki.
Baca juga: Takhta Inggris Kini Diduduki Raja Charles III, tetapi Siapakah Raja Charles I dan Raja Charles II?
Salah satu kasus pertama dilaporkan terjadi pada Minggu (11/9/2022).
Seorang pria bernama Symon Hill dari Oxford ditangkap setelah dia berteriak, "siapa yang memilihnya?"
Pria itu berteriak saat sebuah dokumen yang secara resmi menyatakan Charles III sebagai raja dibacakan.
Sementara itu, seorang pemuda berusia 22 tahun juga ditangkap karena diduga mengolok-olok Pangeran Andrew di Edinburgh.
Aktivis dan pengacara, Paul Powlesland, pada hari Senin mengatakan dia diinterogasi oleh polisi karena dia "mengangkat selembar kertas kosong" di Parliament Square.
Polisi itu bertanya apakah ia menulis "Not My King" di kertas itu.
2. Mengapa orang-orang melakukan protes terhadap monarki?
Sentimen anti-monarki di Inggris didorong oleh 'kampanye Republik' yang merupakan kelompok lobi terbesar untuk Partai Republik Inggris.